Belakangan ini, terjadi beberapa kasus kriminal yang miris, yakni tindak kekerasan anak terhadap orang tuanya sendiri gara-gara masalah sepele. Misalnya, ER yang berusia 25 tahun, menganiaya ibunya sendiri karena keinginannya dibelikan sepeda motor tak dipenuhi (di Kampung Paya Tumpi Induk, Kabupaten Aceh Tengah). Di Desa Awang, Kalimantan Selatan, seorang anak membunuh ayahnya hanya karena tak terima ditegur agar menjual kambing pada esok hari. Tak kalah miris, di Medan, Sumatera Utara seorang anak bernama Wem Pratama, 33 tahun, tega menggorok leher ibunya lantaran kesal dimarahi sang ibu karena mengisap rokok mahal. Peristiwa diatas menunjukkan betapa jauh seorang anak dari moral dan pemahaman keagamaan dalam kehidupannya padahal Islam mengajarkan bagaimana seharusnya seorang anak berbakti dan menghormati kedua orangtuanya, khususnya ibu.
Dalam Bahasa Arab kata ibu, “ummu”, berasal dari dua huruf alif dan mim yang ketika digabungkan memiliki arti menyatukan. Ibu adalah tempat atau sosok yang menyatukan atau tempat bersatunya sesuatu. Ibu bukan hanya tempat untuk berkumpulnya keluarga, tetapi juga tempat menyatu dan bersatunya kasih sayang di antara anggota keluarga. Ibu diakui sebagai pusat kehangatan dan kebahagiaan, tempat di mana keluarga merayakan momen-momen bahagia seperti hari Raya. Ibu diibaratkan sebagai pusat dan induk dari keluarga, tempat menyatu segala sesuatu. Ketika kita ada di momen hari Raya ketika ada acara keluarga maka akan terasa nyaman, terasa nikmat, dan bahagia kalau ada Ibu disana. Momen ini dapat dijadikan kesempatan untuk merenung dan mengintrospeksi. Bagaimana kita memuliakan dan menghormati peran ibu dalam kehidupan sehari-hari.
Ibu adalah sosok yang melambangkan kasih sayang, pengorbanan, dan kelembutan serta memegang peran sentral dalam struktur keluarga. Dalam ajaran Islam, peran ibu dihargai sejajar dengan perannya dalam membentuk anak yang saleh dan salehah. Penting dan mulianya peran ibu sudah ditegaskan oleh Rasulullah dalam sejumlah hadits, di antara hadits yang sangat masyhur yang artinya, “Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya” (HR. Al Bukhari). Bahkan Nabi Muhammad saw bersabda dalam riwayat Imam Nasa’i, “Maka sungguh surga di bawah kedua kakinya”
Selain hadits, Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam juga menjelaskan tentang kemuliaan seorang ibu dan perintah untuk memberikan penghormatan dan penghargaan terhadapnya. Banyak ayat Al-Qur’an yang memuat kewajiban anak untuk berbakti kepada ibu, sekaligus menggambarkan perjalanan panjang dan penuh pengorbanan yang dihadapi ibu dalam memberikan kehidupan. Peran ibu tidak hanya terbatas pada aspek fisik, melainkan juga melibatkan dimensi spiritual dan emosional. Dalam keberadaannya, ibu tidak hanya memberikan makanan dan perlindungan, tetapi juga memberikan fondasi moral dan spiritual bagi anak-anaknya. Al-Quran menekankan pentingnya mendidik anak dengan ajaran yang baik dan penuh kasih sayang.
Kemuliaan ibu tidak hanya tercermin dalam keberhasilan materi atau pencapaian dunia, melainkan juga dalam peranannya sebagai pendidik spiritual. Al-Quran menegaskan bahwa kasih sayang dan kelembutan ibu merupakan bagian dari kasih sayang Allah yang meliputi seluruh alam semesta. Memuliakan ibu bukan hanya kewajiban moral, tetapi juga merupakan bentuk ibadah yang diperintahkan oleh Allah.
Sosok ibu dalam ajaran Islam tidak hanya dipandang sebagai pemberi kehidupan fisik, tetapi juga sebagai pilar kehidupan spiritual dan moral. Al-Quran mengajarkan umat Islam untuk menghormati, membaktikan diri, dan bersyukur atas kasih sayang ibu sebagai bagian dari ketaatan kepada Allah. Dalam setiap langkahnya, seorang ibu diangkat sebagai teladan kebaikan, kemuliaan, dan ketulusan, mencerminkan nilai-nilai Islam yang mengajarkan penghargaan terhadap kedua orang tua sebagai bentuk pengabdian kepada Sang Pencipta.
Banyak ayat Al-Qur’an yang memuat tentang peranan ibu dan kewajiban kita untuk memuliakannya, diantaranya Surat Maryam ayat 32 yang artinya, “Dan berbakti kepada ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang yang sombong lagi celaka.” Surat Al Ahqaf ayat 15 artinya, “Kami wasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung sampai menyapihnya itu selama tiga puluh bulan. Sehingga, apabila telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia (anak itu) berkata, “Wahai Tuhanku, berilah petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dapat beramal saleh yang Engkau ridai, dan berikanlah kesalehan kepadaku hingga kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.”
Ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.
Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya. Akankah seorang anak tega menganiaya bahkan membunuh ibunya padahal jasa ibu yang sangat besar dan luar biasa kepadanya?
Sungguh peranan seorang ibu cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan seorang ibu. Semoga seorang anak bisa menghargai dan menghormati serta berbuat baik kepada kedua orangtuanya, khususnya ibu.
*) KH. Lukman Hakim ; Ketua Sosial Keagamaan Yayasan Assalaam, Pembimbing Utama Haji dan Umroh Assalaam
Istilah-istilah dalam Ibadah Haji Assalaam
Do'a Niat Mandi Sunnah dan Shalat Sunnah Ihram dalam Ibadah Haji Assalaam
Ziarah Sekitar Masjidil Haram Assalaam
Tandatangani MoU, Indonesia akan Berangkatkan 221 Ribu Jemaah pada Operasional Haji 2025 : 12 Jan 2025 ; oleh Mustarini Bella Vitiara Assalaam
Belajar dari Unta: Makna dan Hikmah dari Keberadaannya Assalaam
Qolbun Salim: Hati yang Bersih dalam Pandangan Islam Assalaam
Ridho Allah dan Cinta-Nya: Tanda-Tanda yang Diberikan kepada Hamba-Nya Assalaam
Kiranya Niat Naik Haji Mereka Telah Betul: Tadarus tentang Naik Haji Oleh: Ahmad Rofi’ Usmani Assalaam
Filosofi Wukuf di Arafah dalam Ibadah Haji Assalaam
Sakit adalah Kesempatan untuk Zikrulloh ; Oleh: Habib Syarief Muhammad Al'aydrus Assalaam
Melaksanakan Umrah Sunat Berkali-kali Assalaam
Shalat sunat thawaf Assalaam
Mohonlah Selalu Dikuatkan Iman Islam: Sebuah Pesan dari Syekh Abu al-Hasan al-Sindi Assalaam
Filosofi Melontar Jumrah dalam Ibadah Haji Assalaam
Allah SWT Memandangi Wajah Manusia Lanjut Usia: Sebuah Perenungan Assalaam