“Menepi Sejenak di Tanah Cinta: Saat Hati Bertemu Cahaya Nabawi”

  • Assalaam
  • H. Muttaqien
  • 6
...

Di antara gemerlap cahaya malam Madinah yang memantul di lantai basah nan suci, seorang wanita berdiri menepi, bersandar pada dinding yang penuh ornamen Islami. Senyumnya tenang, matanya berbicara lebih dalam dari kata-kata. Ia tak sedang berpose—ia sedang menenangkan hati, menjemput hening, dan membuka ruang batin untuk sebuah percakapan sunyi dengan Tuhan.

Madinah, kota penuh cinta, tempat Rasulullah ﷺ beristirahat dalam damai, menjadi saksi setiap hati yang datang dengan luka atau rindu. Dalam foto ini, bukan kemegahan arsitektur yang menjadi pusat perhatian, melainkan ketenangan seorang peziarah yang berdiri di antara dua dunia: dunia luar yang gemerlap, dan dunia dalam yang sedang mencari arah.

Ada sesuatu yang menggetarkan dari sebuah momen diam di Tanah Suci. Tidak selalu harus dalam tangis atau sujud panjang. Kadang, cukup dengan menepi, menyandarkan tubuh pada tembok Madinah, dan membiarkan hati yang berbicara. Di sanalah doa-doa paling jujur lahir, dari bisikan jiwa yang tak mampu lagi didefinisikan oleh logika.

Dalam diamnya, ia mengajarkan bahwa berhaji bukan semata tentang ritual. Tapi tentang proses pulang—bukan ke rumah, tapi ke dalam. Ke asal jiwa yang sejatinya diciptakan untuk mengenal Tuhan. Di Tanah Haram, semua topeng runtuh. Yang tersisa hanya satu pertanyaan penting: “Siapa aku di hadapan Allah?”

Senyuman dalam foto ini menyiratkan keteguhan. Bahwa dalam segala perjalanan yang melelahkan, ada kedamaian ketika kita menemukan momen untuk berhenti sejenak dan menyadari: “Aku sedang berada di tempat yang selama ini hanya bisa kunanti dalam doa.” Dan ketika doa bersatu dengan kenyataan, langit pun seolah tersenyum.

Langkah-langkah kecil di Madinah tak pernah sia-sia. Bahkan saat seseorang berdiri diam, ia tetap menjadi bagian dari aliran cinta para perindu Rasul. Cahaya lampu yang memantul di lantai menjadi saksi, bahwa meski dunia terus bergerak, hati seorang hamba tetap bisa memilih diam dalam zikir.

Tak semua perjalanan suci perlu diceritakan dengan kata. Kadang, cukup dengan satu gambar seperti ini, kita tahu bahwa ada kisah yang lebih dalam. Tentang penyerahan, tentang syukur, tentang hening yang justru paling lantang ketika dibisikkan pada langit malam Tanah Nabawi.

Mari kita belajar dari senyum yang teduh ini. Bahwa setiap langkah di Tanah Suci adalah surat cinta kepada Tuhan. Dan ketika hati sudah sampai pada titik pasrah, maka cahaya pun turun perlahan, menyelimuti diri dalam damai yang hakiki. Inilah Madinah. Tempat di mana hati menemukan rumah.


Lainnya

Cookie Consent


Kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda di situs ini. Dengan melanjutkan penggunaan situs ini, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.

Terima & Lanjutkan

Perlu informasi lebih lanjut? Kebijakan Privasi – atau – Kebijakan Cookie dan GDPR