Melontar Jumrah adalah salah satu rangkaian ibadah haji yang memiliki makna dan filosofi mendalam. Ibadah ini bukan hanya sekadar melempar batu kecil ke arah tiga tiang (jumrah), tetapi mengandung nilai spiritual dan pendidikan moral yang penting bagi umat Islam. Filosofi melontar jumrah mengajarkan umat Islam untuk melawan godaan syaitan, mengekang hawa nafsu, serta membersihkan hati dari sifat-sifat buruk seperti egoisme, kesombongan, dan keangkuhan.
Melawan Syaitan dan Hawa Nafsu
Filosofi utama dari melempar jumrah adalah untuk melawan godaan syaitan dan hawa nafsu yang sering mengarah pada perbuatan dosa dan maksiat. Setiap muslim yang melaksanakan ibadah haji di Makkah akan melempar batu kecil ke tiga tiang atau tugu yang dikenal dengan nama Jumrah al-Aqabah, Jumrah al-Wusta, dan Jumrah al-Sughra. Tiang-tiang ini dianggap sebagai simbol dari syaitan yang berusaha menggoda manusia untuk berbuat dosa.
Dalam kehidupan sehari-hari, syaitan sering menggoda manusia untuk tergelincir dalam berbagai keburukan, seperti keserakahan, kebencian, kemarahan, dan keegoisan. Dengan melemparkan batu ke tiang jumrah, jamaah haji secara simbolis melepaskan diri dari godaan syaitan dan berusaha membersihkan hati mereka dari hawa nafsu yang menghalangi kedekatan dengan Allah SWT.
Meneladani Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
Melontar jumrah juga mengingatkan umat Islam pada kisah Nabi Ibrahim AS dan putranya Nabi Ismail AS. Dalam sejarah Islam, peristiwa ini berkaitan dengan upaya syaitan yang mencoba menggoda Nabi Ibrahim ketika beliau diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya, Ismail. Syaitan yang ingin menggoda keimanan mereka muncul di tempat-tempat yang sekarang dikenal sebagai lokasi jumrah, dan Nabi Ibrahim AS bersama putranya, Ismail, menolak godaan tersebut dengan melemparkan batu untuk mengusir syaitan.
Kisah ini menggambarkan keteguhan iman, keikhlasan, dan pengorbanan yang besar dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Melalui melontar jumrah, jamaah haji meneladani keberanian dan ketabahan mereka dalam menghadapi godaan syaitan dan menjalankan perintah Allah tanpa ragu.
Memperkuat Rasa Persaudaraan Islam
Melontar jumrah juga mengandung hikmah dalam mempererat ikatan persaudaraan di antara umat Islam. Di tempat-tempat jumrah, umat Islam dari berbagai negara dan latar belakang sosial berkumpul untuk melakukan ibadah yang sama. Hal ini menciptakan rasa persaudaraan dan kesetaraan di antara umat Islam, di mana semua orang, tanpa memandang status sosial, kaya atau miskin, merasa satu dalam ibadah dan tujuan yang sama, yaitu untuk meraih ridha Allah SWT.
Dengan melontar jumrah, umat Islam merasakan kesatuan dalam kebersamaan, mengingat bahwa mereka semua adalah hamba Allah yang sama, dengan tujuan akhir yang sama, yaitu masuk surga.
Mengendalikan Diri dan Memperteguh Iman
Melontar jumrah juga mengajarkan umat Islam untuk mengendalikan diri dari amarah dan emosi. Aktivitas melempar batu, meskipun sederhana, mengandung pelajaran penting tentang ketekunan dan kontrol diri. Ini merupakan salah satu bentuk latihan spiritual yang membantu jamaah untuk lebih sabar dan tabah dalam menghadapi ujian hidup.
Selain itu, ibadah melontar jumrah memperteguh iman seseorang. Proses melemparkan batu tersebut mengingatkan kembali kepada keyakinan bahwa Allah SWT adalah tempat bergantung yang utama, dan bahwa setiap ujian yang dihadapi di dunia ini harus dilalui dengan kesabaran dan keimanan yang kuat.
Membersihkan Diri dari Dosa
Salah satu tujuan melontar jumrah adalah untuk membersihkan diri dari dosa dan kesalahan yang telah dilakukan selama hidup. Dalam ajaran Islam, setiap amal baik yang dilakukan dengan ikhlas dapat membersihkan dosa, dan ibadah haji, termasuk melontar jumrah, adalah sarana untuk mendapatkan ampunan Allah SWT.
Setiap batu yang dilemparkan ke tiang jumrah adalah simbol dari penghapusan dosa dan kekotoran hati. Bagi umat Islam, melontar jumrah merupakan upaya untuk memperbaharui hati dan jiwa, serta memohon ampunan Allah atas segala kesalahan dan dosa yang telah dilakukan.
Kesimpulan
Filosofi melontar jumrah lebih dari sekadar ritual fisik dalam ibadah haji. Ini adalah latihan spiritual untuk melawan godaan syaitan, menanggulangi hawa nafsu, memperkuat iman, mempererat rasa persaudaraan, dan membersihkan diri dari dosa. Dengan meneladani kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, umat Islam diajarkan untuk meneguhkan iman mereka, berkorban di jalan Allah, dan melawan segala bentuk godaan. Ibadah ini memberikan kesempatan bagi setiap jamaah haji untuk memperbaiki diri, meraih ampunan Allah, dan melanjutkan perjalanan hidup dengan hati yang lebih bersih dan penuh keimanan. (KH. Lukman Hakim)
Istilah-istilah dalam Ibadah Haji Assalaam
Do'a Niat Mandi Sunnah dan Shalat Sunnah Ihram dalam Ibadah Haji Assalaam
Ziarah Sekitar Masjidil Haram Assalaam
Posisi Terhormat Ibu Dalam Konsep Islam Assalaam
Tandatangani MoU, Indonesia akan Berangkatkan 221 Ribu Jemaah pada Operasional Haji 2025 : 12 Jan 2025 ; oleh Mustarini Bella Vitiara Assalaam
Belajar dari Unta: Makna dan Hikmah dari Keberadaannya Assalaam
Qolbun Salim: Hati yang Bersih dalam Pandangan Islam Assalaam
Ridho Allah dan Cinta-Nya: Tanda-Tanda yang Diberikan kepada Hamba-Nya Assalaam
Kiranya Niat Naik Haji Mereka Telah Betul: Tadarus tentang Naik Haji Oleh: Ahmad Rofi’ Usmani Assalaam
Filosofi Wukuf di Arafah dalam Ibadah Haji Assalaam
Sakit adalah Kesempatan untuk Zikrulloh ; Oleh: Habib Syarief Muhammad Al'aydrus Assalaam
Melaksanakan Umrah Sunat Berkali-kali Assalaam
Shalat sunat thawaf Assalaam
Mohonlah Selalu Dikuatkan Iman Islam: Sebuah Pesan dari Syekh Abu al-Hasan al-Sindi Assalaam
Allah SWT Memandangi Wajah Manusia Lanjut Usia: Sebuah Perenungan Assalaam