Sudah berapa kali kita memasuki puasa Ramadan? Mungkin sudah sekian puluh kali. Dari Ramadan ke Ramadan yang kita alami, di Ramadan mana yang benar-benar puasa kita memiliki nilai yang paling berkualitas? Apakah kualitas puasa kita menurun atau meningkat? Sudahkah diri kita terbentuk menjadi manusia yang muttaqin? Ramadan tahun ini diharapkan adanya peningkatan kualitas puasa kita dibanding tahun kemarin.
Puasa (makna bhs) al-imsaak, artinya menahan/mengendalikan diri. Imsak dimaksudkan untuk mengendalikan diri agar menjadi hamba yang beriman dan bertaqwa serta menumbuhkan jiwa sosial. Bila seorang muslim sudah mencapai tahapan ini, maka ibadah puasanya telah berhasil menumbuhkan kecerahan ruhaniyah yang berdampak terhadap kecerahan berpikir dan berperilaku di tengah kehidupan sosial (ruh-asrar al ‘ibadah). Menurut Imam al-Ghazali bahwa ruh, jiwa, dan hikmah yang terkandung di balik ritual ibadah puasa sepatutnya kita merasa merugi bila setiap ibadah di bulan Ramadhan belum bisa mengendalikan perilaku kita di tengah masyarakat.
Imam al-Ghazali mengatakan, ada cara berpuasa orang awam, cara berpuasa orang khawaas, dan khawaas al-khawaas. Hal ini berkaitan pemahaman seseorang tentang ibadah dan kualitas ibadah. Setiap muslim seharusnya mengejar puasa yang berkualitas. Puasa yang berkualitas tidak hanya sekedar pemenuhan ritual puasa tetapi juga penghayatan makna dan ruh yang berbekas dalam diri pelakunya. Allah berfirman, ”...ayyukum ahsanu ’amalaa.” (QS. Al Mulk ayat 2), artinya siapa diantara kalian yang terbaik amalnya. Setiap pribadi muslim wajib mengejar kualitas perbuatannya. Ayat ini tidak menyebut siapa yang terburuk amalnya, tetapi yang disebut “siapa yang terbaik amalnya”. Hal ini mengisyaratkan bahwa sebenarnya berlomba dalam kebaikan itulah yang seharusnya menjadi perhatian manusia. Untuk masuk arena perlombaan, seharusnya sejak awal berupaya meningkatkan diri menjadi manusia unggul dan berkualitas.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar puasa menjadi berkualitas, Pertama ; Ikhlas. Penentu awal kualitas puasa kita, yakni keikhlasan bahkan seluruh amal akan ditentukan pertama kali oleh standar ini. Jika ia melakukannya dengan ikhlas maka amalnya diterima di sisi Allah, tetapi jika ia lakukan karena selain Allah, maka amal itu tidak memiliki nilai di sisiNya. Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya segala amal tergantung pada niatnya dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang ia niatkan. (HR. Bukhari dan Muslim)
Demikian juga ampunan yang dijanjikan Allah bagi orang yang berpuasa. Hanya mereka yang ikhlas saja berhak mendapatkan ampunan Allah SWT. Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap ridha Allah/ikhlas akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq ‘alaih), Kedua ; Meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa. Agar puasa berkualitas, puasa itu harus sah. Artinya, kita harus meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa, diantaranya makan, minum dan sebagainya. Bahkan sebaiknya orang yang berpuasa mampu meninggalkan hal-hal yang membatalkan atau menghilangkan pahala puasa seperti berdusta, ghibah, fitnah dan sebagainya, Ketiga ; Meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat. Sering kita jumpai, ada orang yang berpuasa mengisi siang harinya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat dengan alasan agar lupa rasa lapar dan haus selama puasa, mereka seharian di depan televisi, memperbanyak main game, dan sebagainya. Hal ini hendaknya ditinggalkan agar puasa kita berkualitas. Rasul SAW bersabda, “Diantara tanda sempurnanya Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah), Keempat ; Mempuasakan seluruh organ tubuh, pikiran, dan hati. Inilah yang diistilahkan puasa khusus (Khowas) oleh Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin dan ditegaskan oleh Ibnu Qudamah dalam Mukhtashar Minhajul Qasidin ; mempuasakan mata dengan menahannya dari pandangan kepada sesuatu yang diharamkan, tercela dan dibenci syariat serta melalaikan Allah SWT. Hadits Nabi saw, “
Pandangan itu salah satu anak panah Iblis yang berbisa. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah Azza wa Jalla memberinya keimanan yang manisnya didapati dalam hatinya (HR. Hakim). Demikian pula mempuasakan lidah dengan memeliharanya dari berbicara tanpa arah, dusta, menggunjing, mengumpat, berkata buruk, berkata kasar, permusuhan dan mendzalimi orang lain. Mempuasakan telinga dari mendengarkan segala sesuatu yang haram dan makruh. Mempuasakan tangan dari mendzalimi orang lain, mengambil sesuatu yang bukan haknya, serta melakukan perbuatan yang dilarang syariat. Mempuasakan kaki dari berjalan ke arah yang diharamkan oleh Allah. Mempuasakan hati dari penyakit-penyakit ruhiyah seperti dengki, iri, marah, kecintaan berlebihan pada dunia, dan sebagainya. Sabda Nabi saw, “Janganlah kamu saling membenci, saling memutushubungan, saling mendengki, dan saling bermusuhan. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. (HR. Bukhari dan Muslim). Kelima ; Memperbanyak amal shalih selama Ramadhan. Walaupun dalam hadits disebutkan bahwa tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah, bukan berarti ia memperbanyak tidur saat puasa. Lebih baik diisi dengan aktifitas positif yang bernilai ibadah di sisi Allah SWT seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an, berdzikir, shalat sunnah, tafakur, mengkaji ilmu-ilmu agama, memperbanyak infaq, dan lain sebagainya.
Semoga puasa kita tahun ini merupakan puasa yang berkualitas, meraih derajat taqwa, mendapatkan ampunan Allah serta meraih ridhaNya. Amin
Ketua Sosial Keagamaan Yayasan Assalaam, Pembimbing Utama Haji dan Umrah KBIH Assalaam
Istilah-istilah dalam Ibadah Haji Assalaam
Do'a Niat Mandi Sunnah dan Shalat Sunnah Ihram dalam Ibadah Haji Assalaam
Ziarah Sekitar Masjidil Haram Assalaam
Posisi Terhormat Ibu Dalam Konsep Islam Assalaam
Marhaban Ya Ramadhan : Oleh KH. Lukman Hakim Assalaam
Tandatangani MoU, Indonesia akan Berangkatkan 221 Ribu Jemaah pada Operasional Haji 2025 : 12 Jan 2025 ; oleh Mustarini Bella Vitiara Assalaam
Belajar dari Unta: Makna dan Hikmah dari Keberadaannya Assalaam
Tempat Turunnya Wahyu Pertama kepada Rasulullah SAW Assalaam
Qolbun Salim: Hati yang Bersih dalam Pandangan Islam Assalaam
Ridho Allah dan Cinta-Nya: Tanda-Tanda yang Diberikan kepada Hamba-Nya Assalaam
Tiga Sikap yang Harus Dijahui Assalaam
Kiranya Niat Naik Haji Mereka Telah Betul: Tadarus tentang Naik Haji Oleh: Ahmad Rofi’ Usmani Assalaam
Filosofi Wukuf di Arafah dalam Ibadah Haji Assalaam
Tiga Hal Pokok dalam Kehidupan Assalaam
Peninggalan Nabi Muhammad SAW: Jejak yang Tak Terlupakan dan Penuh Misteri Assalaam