Mengapa kita harus berdoa? Jawaban singkatnya, karena doa erat kaitannya dengan iman dan kita butuh kepada Allah. Berdoa merupakan salah satu bentuk ibadah orang beriman. Hanya mereka yang beriman yang senantiasa berdoa. Doa merupakan manifestasi pengakuan atas segala keterbatasan kemampuan seseorang.
Nabi mengilustrasikan: “Doa sebagai senjata bagi orang-orang beriman, dan tiangnya agama serta cahaya langit dan bumi” (HR. Hakim dan Abu Ya’la). Ilustrasi hadits tersebut mengisyarakat sekurang-kurangnya dua unsur agama yang saling menjelaskan, yaitu doa dan iman. Nabi bahkan menggambarkan doa sebagai intinya ibadah “Ad du’a-u mukhkhul ibadah”. Sebagai intinya ibadah, doa merupakan seruan kepada Allah, yang merupakan titik sentral dalam kesadaran manusia untuk beribadah kepada-Nya. Allah pun menghargai doa seseorang pada tingkatan yang tinggi. “Tidak ada satu pun (amal ) yang lebih mulia pada pandangan Allah daripada doa”
PADUAN DOA DENGAN IKHTIAR
Hadirin wal hadirat rahimakumullah
Berdoa juga merupakan salah satu bentuk pengakuan kita sebagai orang yang beriman atas segala kemahakuasaan Allah. Sebab, dalam segala bentuk ikhtiar yang dilakukan manusia, terdapat aspek keterlibatan Allah. Dengan demikian, doa secara sederhana, dapat dipandang sebagai usaha kita untuk memperoleh kesesuaian antara pilihan-pilihan tindakan yang dilakukan dengan kehendak Allah. Karena itu, doa kita menjadi tidak berarti apa-apa tanpa diikuti oleh usaha nyata sesuai kehendak, seperti tersurat dan tersirat dalam kata-kata doa yang dibacakan. Misalnya “Alloohumma innii as-aluka rizqoan waasi’an halaalan thayyiban, “ketika kita berdoa memohon rezeki, maka kita harus bekerja dan berusaha”
Hadirin wal hadirat rahimakumullah
Sepintas kadang doa dikesankan berseberangan dengan konsep ikhtiar dan usaha yang juga diperintahkan oleh Allah. Berdoa sering digambarkan sebagai konsep menyerah atau fatalistic
untuk menghindari beban usaha yang tidak lagi mampu diusahakannya. Padahal, sesungguhnya berdoa justru unsur pelengkap yang dapat memperkokoh proses ikhtiar atau usaha. Dengan kata lain, doa merupakan ikhtiar spiritual dan penyemangat untuk mencapai apa yang diharapkan. Doa juga merupakan energi yang sangat hebat sebagai pembangkit harapan, semangat, serta jaminan untuk meraih apa yang dicita-citakannya. Bahkan, doa merupakan bagian dari faktor yang efektif dan berpengaruh atas perubahan nasib seseorang,untuk berpindah dari takdir buruk kepada takdir yang baik.
Hadirin wal hadirat rahimakumullah
Doa juga banyak dikaji dari berbagai perspektif. Salah satunya dari aspek “kesehatan”, aktivitas, kreativitas dan produktivitas. Kita yang biasa berdoa, akan merupakan sosok yang “sehat”. Kita akan memiliki harapan, tumpuan, dan pelindung. Kita juga akan memiliki wawasan, pandangan dan jangkauan yang luas. Sebab dengan berdoa, berarti kita meyakini diri kita dekat dengan yang Maha. Dalam kreativitas yang kita miliki, ada Yang Maha Kreatif. Di balik rencana yang diprogramkan, kita juga akan meyakini bahwa ada Yang Maha Merencanakan. Di balik produktivitas yang kita hasilkan, kita pun akan sangat meyakini ada Yang Maha Menciptakan. Maka dengan kesadaran seperti itu, ketika menghadapi kesuksesan, yang akan muncul bukan kesombongan, melainkan rasa syukur. Sedangkan jika yang dialami kegagalan, maka kita tidak akan mudah putus asa.
DOA DAN KESUKSESAN
Allah SWT pasti akan menjawab semua permintaan hamba-Nya yang mendekat, meskipun diluar perhitungan jangkauan logika biasa “
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ {186} “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al Baqarah: 186)
Semisal Nabi Zakaria yang mengharapkan sesuatu di luar perhitungan logika manusia. Bagaimana mungkin, Nabi Zakaria ingin mempunyai anak, padahal ia sudah cukup lanjut usia, dan istrinya pun mandul. Tapi dalam kepasrahan total pada Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan, Nabi Zakaria berdoa:
قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُن بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيًّا {4} وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِن وَرَآءِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِن لَّدُنكَ وَلِيًّا {5}
Ia berkata: "Ya Allah, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Allah. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra, (QS. Maryam: 4-5)
Allah mendengar rintihan Nabi Zakaria. Diberinya ia seorang anak, yaitu Nabi Yahya.
Hadirin wal hadirat rahimakumullah
Doa itu memang ajaib. Sebab tidak semua orang bisa berdoa seperti Nabi Zakaria. Doa juga unik, sebab bisa menghubungkan secara abstrak antara Sang Pencipta dan makhluk ciptaan-Nya. Meskipun tidak seperti ajaran “ Lampu Aladin”, doa akan tetap membuahkan makna bagi mereka yang mampu menggapai hakikat hubungan antara dirinya dan Allah yang dipintanya. Pada Awan hitam tutupi fajar Surya muncul di kala fajar
Bulan bintang terletak sejajar Bapak dating dari seminar
Ayo berdoa dan belajar Aku selalu berdoa & belajar
Agar cita-cita mudah dikejar Masa depan pasti bersinar
praktiknya, orang bisa menemukan pengalaman yang sangat bervariasi tentang doa.Seorang Sufi umpamanya, lebih gampang merasakan nikmatnya berkomunikasi dengan Allah. Ia begitu mudah larut dalam pengembaraan spiritual dan tenggelam dalam satu kesadaran imajiner yang sulit dilukiskan dalam bentuk bahasa biasa. Hal ini tentu saja tidak terjadi pada mereka yang tidak pernah berusaha akrab dengan Allah. Itulah sebabnya, pengalaman Sufi lebih mudah mengundang interpretasi, hanya karena ketidakmampuan orang dalam menangkap dan menerjemahkan esensi tindakan yang ditempuhnya. Begitu juga dengan kita, jika ingin mendapatkan pengalaman dalam berdoa, maka rajin-rajinlah berdoa. Bukan karena kewajiban, tetapi juga karena kita memang membutuhkannya.
يَآأَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَآءُ إِلَى اللهِ وَاللهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
Artinya: “Hai manusia, kamulah yang berkehendak (membutuhkan) kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. (QS.Fathir,35: 15)
Istilah-istilah dalam Ibadah Haji Assalaam
Do'a Niat Mandi Sunnah dan Shalat Sunnah Ihram dalam Ibadah Haji Assalaam
Ziarah Sekitar Masjidil Haram Assalaam
Posisi Terhormat Ibu Dalam Konsep Islam Assalaam
Marhaban Ya Ramadhan : Oleh KH. Lukman Hakim Assalaam
Tandatangani MoU, Indonesia akan Berangkatkan 221 Ribu Jemaah pada Operasional Haji 2025 : 12 Jan 2025 ; oleh Mustarini Bella Vitiara Assalaam
Belajar dari Unta: Makna dan Hikmah dari Keberadaannya Assalaam
Tempat Turunnya Wahyu Pertama kepada Rasulullah SAW Assalaam
Qolbun Salim: Hati yang Bersih dalam Pandangan Islam Assalaam
Ridho Allah dan Cinta-Nya: Tanda-Tanda yang Diberikan kepada Hamba-Nya Assalaam
Tiga Sikap yang Harus Dijahui Assalaam
Kiranya Niat Naik Haji Mereka Telah Betul: Tadarus tentang Naik Haji Oleh: Ahmad Rofi’ Usmani Assalaam
Filosofi Wukuf di Arafah dalam Ibadah Haji Assalaam
Tiga Hal Pokok dalam Kehidupan Assalaam
Peninggalan Nabi Muhammad SAW: Jejak yang Tak Terlupakan dan Penuh Misteri Assalaam