Masuk Surga Tanpa Hisab قال الإمام أبو حامد الغزالى فى الاحياء : فمن أراد أن يدخل الجنة بغير حساب فليستغرق جميع أوقاته بالطاعة ومن أراد أن ترجح كفة حسناته وتثقل موازين خيراته فليستوعب فى الطاعة أكثر اوقاته، فإن خلط عملا صالحا وآخر سيئا فأمره خطر .. ) كتاب هداية الاذكياء إلى طريق الاولياء للسيد أبو بكر المكى ابن السيد محمد شطا الدمياطي . ص : ١٤ Menurut Imam Ghazali dalam kitab Ihya, : *Siapa berkeinginan masuk surga tanpa hisab hendaklah pemanfaatan waktu dalam kepatuhan terhadap Allah SWT itu lebih dominan( istigraq), Dan siapa berkeinginan kepak sayap kebaikannya lebih tinggi dan sangat memberatkan timbangan amal baiknya, maka hendaklah sebagian besar waktunya lebih massiv untuk Allah( taat Lillah wafillah). Andai kesalehannya bercampur dengan amal buruknya, maka urusannya akan sangat menghawatirkan...! (Referensi: kitab Hidayatul Adzkia ila thariq alauliya, disusun oleh Sayid Abu Bakar al-Makki Bin Sayid Muhammad Syatha. Halaman : 14 )
Imam Abu Hamid Al-Ghazali, seorang ulama besar dan filosof terkenal, mengajarkan banyak hal tentang kehidupan spiritual dan cara mencapai kebahagiaan abadi, terutama melalui jalan taqwa dan kepatuhan kepada Allah SWT. Salah satu ajarannya yang sangat penting terkait dengan bagaimana seseorang dapat masuk surga tanpa melalui hisab (perhitungan amal), yang merupakan tujuan luhur setiap Muslim. Dalam kitab Ihya' Ulumuddin yang sangat terkenal, Imam Al-Ghazali memberikan nasihat yang mendalam mengenai cara untuk meraih tujuan ini, yaitu dengan memanfaatkan setiap detik waktu untuk beribadah dan berbuat kebaikan.
Sebagaimana disebutkan dalam Ihya' Ulumuddin, Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa untuk mencapai surga tanpa hisab, seseorang harus menghabiskan seluruh waktunya dalam kepatuhan kepada Allah. Beliau mengatakan:
"Siapa berkeinginan masuk surga tanpa hisab, hendaklah pemanfaatan waktu dalam kepatuhan terhadap Allah SWT lebih dominan. Dan siapa berkeinginan untuk agar timbangan amal kebaikannya lebih berat, hendaklah sebagian besar waktunya lebih banyak untuk Allah (taat kepada Allah dengan sepenuh hati). Jika kesalehannya bercampur dengan amal buruknya, maka urusannya akan sangat mengkhawatirkan."
1. Masuk Surga Tanpa Hisab: Apa Artinya?
Masuk surga tanpa melalui hisab berarti Allah mengampuni segala dosa seseorang tanpa diperhitungkan amal buruknya. Ini adalah status yang sangat tinggi dan sangat diinginkan oleh umat Islam, karena berarti seseorang telah dicintai Allah dan diterima amal ibadahnya tanpa perhitungan yang ketat. Sebagaimana dijelaskan dalam banyak hadits, surga yang dijanjikan Allah tidak hanya dapat dicapai melalui amal-amal besar, tetapi juga dengan kerendahan hati dan ketulusan dalam beribadah.
Namun, jalan menuju surga tanpa hisab bukanlah sesuatu yang mudah dicapai. Hal ini membutuhkan usaha keras, kesabaran, dan yang terpenting, pengabdian total kepada Allah SWT dalam setiap aspek kehidupan. Oleh karena itu, Imam Al-Ghazali menekankan pentingnya memanfaatkan setiap waktu untuk berbuat kebaikan, karena waktu adalah salah satu nikmat terbesar yang diberikan oleh Allah. Menghabiskan waktu untuk beribadah dengan sepenuh hati adalah kunci utama untuk meraih surga tanpa hisab.
2. Pemanfaatan Waktu dalam Kepatuhan kepada Allah
Menurut Imam Al-Ghazali, orang yang ingin masuk surga tanpa hisab haruslah menjadikan seluruh waktunya sebagai waktu untuk taat kepada Allah. "Istigraq" (menghabiskan waktu) dalam ketaatan adalah konsep utama yang diajarkan dalam kitab Ihya' ini. Dalam praktiknya, ini berarti bahwa seseorang harus berusaha untuk terus menerus berada dalam keadaan beribadah, baik itu dalam bentuk salat, dzikir, atau amal kebaikan lainnya, sepanjang hidupnya.
Imam Al-Ghazali juga mengingatkan bahwa jika seorang hamba hanya menggunakan sebagian waktunya untuk berbuat baik, sementara sebagian lainnya digunakan untuk berbuat buruk, maka kondisi ini akan sangat membahayakan. Amal buruk dapat mengurangi bobot timbangan amal baik, bahkan bisa menurunkan derajat seseorang di sisi Allah. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya konsistensi dalam kebaikan dan menghindari perbuatan yang merugikan diri sendiri.
3. Tingkatkan Kebaikan, Kurangi Kejelekan
Untuk membuat kebaikan lebih dominan dan memberatkan timbangan amal baik, Imam Al-Ghazali mengajarkan agar seseorang lebih banyak melibatkan diri dalam amal ibadah dan aktivitas positif. Ini tidak hanya terbatas pada ibadah ritual seperti shalat dan puasa, tetapi juga mencakup segala bentuk amal sosial, seperti membantu orang lain, memberi sedekah, menjaga silaturahmi, dan berusaha menjaga akhlak yang baik.
Penting untuk diingat bahwa Allah SWT tidak hanya menilai amal perbuatan yang besar, tetapi juga niat dan ketulusan hati di balik perbuatan tersebut. Seorang hamba yang selalu berniat untuk taat kepada Allah dan melakukan kebaikan dengan hati yang ikhlas akan lebih mudah memperoleh ridha-Nya. Oleh karena itu, meskipun amal perbuatannya terlihat kecil atau sederhana, jika dilaksanakan dengan penuh keikhlasan, maka timbangan amal kebaikannya akan sangat berat di sisi Allah.
4. Urusan yang Mengkhawatirkan: Amal Baik dan Amal Buruk yang Tercampur
Imam Al-Ghazali juga memperingatkan bahwa jika seorang hamba mencampur amal baik dengan amal buruk, maka urusannya akan sangat mengkhawatirkan. Di sinilah pentingnya menjaga keikhlasan dalam setiap perbuatan. Terutama dalam hal yang berkaitan dengan perbuatan dosa, Imam Al-Ghazali mengajarkan agar seorang Muslim berusaha untuk menjauh dari segala macam perbuatan yang bisa merusak amal baiknya, seperti berbuat dzalim, riya, atau mengingkari janji kepada Allah.
Jika seseorang terus-menerus bergumul dengan perbuatan buruk, meskipun ia berusaha untuk beramal baik, maka keduanya akan tercampur dan bisa membuatnya sulit untuk meraih surga tanpa hisab. Oleh karena itu, membersihkan diri dari perbuatan dosa dan berusaha untuk menjadikan setiap perbuatan sebagai ibadah yang sahih sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut.
5. Kitab Hidayatul Adzkia dan Petunjuk untuk Para Salik
Nasihat Imam Al-Ghazali ini juga sejalan dengan yang diajarkan dalam kitab Hidayatul Adzkia ila Thariq Al-Auliya oleh Sayid Abu Bakar Al-Makki bin Sayid Muhammad Syatha. Dalam kitab ini, beliau juga menekankan pentingnya perjalanan spiritual menuju Allah, di mana seorang salik (penempuh jalan spiritual) harus benar-benar memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya untuk taat kepada Allah dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan.
Sayid Abu Bakar al-Makki mengingatkan bahwa jalan menuju kedekatan dengan Allah tidaklah mudah. Ia harus dilalui dengan hati yang tulus dan penuh pengabdian. Semua perbuatan baik yang dilakukan, sekecil apapun, akan memiliki pengaruh besar jika dilandasi dengan keikhlasan dan rasa takut kepada Allah. Sebaliknya, meskipun amal besar dilakukan, jika tidak disertai dengan niat yang benar, maka hasilnya pun akan sia-sia.
6. Kesimpulan: Menyongsong Surga Tanpa Hisab
Dari nasihat Imam Al-Ghazali dan Sayid Abu Bakar Al-Makki, kita belajar bahwa jalan menuju surga tanpa hisab tidaklah mudah, namun sangat mungkin dicapai jika kita sungguh-sungguh dalam mengelola waktu dan amal perbuatan kita. Menghabiskan waktu untuk beribadah, berbuat baik, dan menjaga hati dari dosa adalah langkah-langkah konkret yang bisa kita lakukan. Konsistensi dalam taat kepada Allah, serta menjaga agar amal buruk tidak mencemari amal baik kita, adalah kunci utama untuk meraih surga tanpa hisab.
Semoga kita semua diberikan kekuatan dan keistiqomahan untuk menjalani kehidupan ini dengan penuh ketulusan, sehingga kelak kita bisa memperoleh surga Allah dengan tanpa hisab, dengan timbangan amal baik yang penuh dan berat di hadapan-Nya.
Istilah-istilah dalam Ibadah Haji Assalaam
Do'a Niat Mandi Sunnah dan Shalat Sunnah Ihram dalam Ibadah Haji Assalaam
Ziarah Sekitar Masjidil Haram Assalaam
Posisi Terhormat Ibu Dalam Konsep Islam Assalaam
Tandatangani MoU, Indonesia akan Berangkatkan 221 Ribu Jemaah pada Operasional Haji 2025 : 12 Jan 2025 ; oleh Mustarini Bella Vitiara Assalaam
Belajar dari Unta: Makna dan Hikmah dari Keberadaannya Assalaam
Qolbun Salim: Hati yang Bersih dalam Pandangan Islam Assalaam
Ridho Allah dan Cinta-Nya: Tanda-Tanda yang Diberikan kepada Hamba-Nya Assalaam
Kiranya Niat Naik Haji Mereka Telah Betul: Tadarus tentang Naik Haji Oleh: Ahmad Rofi’ Usmani Assalaam
Filosofi Wukuf di Arafah dalam Ibadah Haji Assalaam
Sakit adalah Kesempatan untuk Zikrulloh ; Oleh: Habib Syarief Muhammad Al'aydrus Assalaam
Melaksanakan Umrah Sunat Berkali-kali Assalaam
Shalat sunat thawaf Assalaam
Mohonlah Selalu Dikuatkan Iman Islam: Sebuah Pesan dari Syekh Abu al-Hasan al-Sindi Assalaam
Filosofi Melontar Jumrah dalam Ibadah Haji Assalaam