UJIAN UKHUWAH DI TANAH SUCI: TANTANGAN JAMAAH HAJI 2025 DI TENGAH SISTEM SYARIKAH : Oleh Muttaqien

  • Assalaam
  • H. Muttaqien
  • 5
...

Tahun 2025 menjadi momentum penting dalam penyelenggaraan ibadah haji bagi jamaah Indonesia. Untuk pertama kalinya, sistem syarikah diterapkan secara menyeluruh oleh otoritas Arab Saudi, mengubah pola layanan dan pengelompokan jamaah dari sebelumnya berbasis kloter dan KBIHU menjadi berbasis perusahaan penyedia layanan lokal (muassasah). Dampak dari sistem ini dirasakan langsung oleh para jamaah, terutama dalam hal akomodasi dan kebersamaan.

Salah satu tantangan utama yang muncul adalah tergerusnya rasa kebersamaan yang selama ini tumbuh dalam lingkup kelompok bimbingan ibadah haji (KBIHU). Dengan sistem syarikah, penempatan kamar, rute transportasi, hingga logistik diatur oleh penyedia layanan, bukan oleh tim pembimbing KBIH seperti biasanya. Akibatnya, jamaah yang telah akrab sejak pelatihan manasik di tanah air kini harus tinggal terpisah, bahkan dengan jamaah dari daerah atau KBIHU yang berbeda.

Di sinilah ujian ukhuwah Islamiyah benar-benar terasa. Banyak jamaah yang mengalami kesulitan menyesuaikan diri di lingkungan baru yang serba asing. Namun, tantangan ini sekaligus menjadi peluang untuk memperluas makna persaudaraan sesama muslim. Ukhuwah yang sebelumnya terbangun karena kesamaan asal dan kelompok, kini diuji agar meluas melampaui batas geografis dan organisasi.

Beberapa KBIHU, seperti KBIHU Assalaam, telah mempersiapkan jamaah mereka jauh sebelum keberangkatan. Melalui pendekatan ruhiyah dan pelatihan sikap adaptif selama manasik, para jamaah dibekali kesiapan mental untuk menghadapi perubahan besar ini. Hasilnya, meskipun fisik mereka terpisah, tali silaturahmi tetap terjaga—melalui kunjungan antar pemondokan, komunikasi grup daring, dan saling bantu saat ibadah.

Semangat kebersamaan juga terlihat saat puncak haji berlangsung. Di Arafah, Muzdalifah, dan Mina, jamaah dari berbagai latar belakang saling bahu-membahu. Ada yang berbagi makanan, meminjami alas tidur, hingga membantu rekan sesama jamaah yang kelelahan. Di tengah kepadatan dan keterbatasan fasilitas, justru nilai-nilai ukhuwah semakin tampak nyata.

Pembimbing haji memainkan peran vital dalam menjaga kekompakan dan stabilitas emosi jamaah. Mereka menjadi jembatan komunikasi antara penyedia layanan dan jamaah, serta menjadi penguat semangat dalam menghadapi ujian. Koordinasi yang aktif dan pendekatan penuh empati sangat membantu mencairkan kekakuan sosial yang timbul akibat sistem baru ini.

Menariknya, banyak jamaah yang awalnya khawatir dengan sistem syarikah, justru akhirnya merasakan sisi positifnya. Mereka mengaku mendapat pengalaman spiritual yang lebih luas dan mendalam. Interaksi lintas daerah dan budaya memperkaya wawasan, dan sebagian besar tetap menjalin komunikasi setelah kembali ke tanah air. Dari sini, ukhuwah yang awalnya bersifat lokal menjadi lebih universal.

Tentu saja, tantangan teknis masih ada. Beberapa jamaah mengalami keterlambatan layanan, perbedaan standar kenyamanan, hingga kendala bahasa dengan petugas lokal. Namun semua itu menjadi bagian dari proses belajar bersama untuk menjadikan haji bukan hanya ibadah individu, tetapi juga sarana pendidikan sosial dan mental.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama diharapkan dapat terus melakukan evaluasi dan negosiasi agar sistem syarikah ke depan tetap memberi ruang bagi KBIH untuk berperan dalam membimbing jamaah. KBIHU memiliki posisi strategis dalam menjaga kebersamaan, kualitas ibadah, dan kenyamanan jamaah, terutama dalam situasi dinamis seperti sekarang.

Ibadah haji sejatinya memang bukan tentang kenyamanan semata. Ia adalah proses penyucian diri yang juga menguji kesabaran, keikhlasan, dan kemampuan kita menjaga harmoni dalam komunitas. Maka dari itu, sistem baru ini justru dapat menjadi momentum penting untuk memperkuat kembali makna ukhuwah dalam skala yang lebih luas.

Pada akhirnya, syarikah bukanlah penghalang ukhuwah, melainkan pintu menuju dimensi ukhuwah yang lebih luas dan inklusif. Jamaah yang berhasil menaklukkan ujian ini tidak hanya akan kembali dengan gelar haji mabrur, tetapi juga sebagai duta ukhuwah Islamiyah yang sejati—telah terbukti tangguh dalam menghadapi perubahan dan tetap mengedepankan nilai persaudaraan di Tanah Suci. 03/06/2025 [h.mtq]


Lainnya

Cookie Consent


Kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda di situs ini. Dengan melanjutkan penggunaan situs ini, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.

Terima & Lanjutkan

Perlu informasi lebih lanjut? Kebijakan Privasi – atau – Kebijakan Cookie dan GDPR