Catatan Perjalan Ibadah Haji 2025 : ARMUZNA Rangkaian Suci Puncak Ibadah Haji

  • Assalaam
  • H. Muttaqien
  • 49
...

Apa itu ARMUJNA ? Pertanyaan ini kerap muncul dari kami yang baru mengenal istilah dalam ibadah haji. ARMUZNA merupakan singkatan dari Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Tiga tempat penting yang menjadi bagian dari rangkaian puncak ibadah haji.

Arafah suatu tempat padang luas yang menjadi puncak utama berkumpulnya Jamaah haji dari berbagai bangsa untuk melaksanakan wukuf sebagai bagian dari rukun haji, Muzdalifah tempat transit untuk bermalam (mabit) sebelum ke mina untuk melaksanakan jumrah, Mina tempat bermalam selama beberapa hari untuk melaksanakan lontar jumrah sebagai simbol pengusiran godaan setan.

"Haji adalah Arafah," demikian sabda Rasulullah SAW. Itulah yang kami pahami dan tanamkan sejak pembekalan manasik di KBIH Assalaam. Selain memahami rukun, wajib, dan sunah haji, para pembimbing juga menekankan pentingnya menjaga stamina dan kesehatan menjelang ARMUZNA, karena rangkaian ini sangat menguras fisik dan psikis jamaah haji.

Alhamdulillah, kami termasuk dalam Gelombang dua sesi pertama dengan kode kelompok terbang (KLOTER) JKS 37, waktu yang sangat tepat karena berdekatan dengan pelaksanaan ARMUZNA. Kami pun memiliki waktu yang cukup untuk bersiap menunaikan rukun, sunah dan wajib haji.

Wukuf di Arafah, Haru dan Penghambaan. Rabu, 4 Juni 2025, bertepatan dengan tanggal 8 Dzulhijjah, kami bersiap menuju Arafah. Usai Sholat Subuh, seluruh jemaah berkumpul di mushala hotel untuk melafalkan niat ihram haji. Perasaan haru, bahagia, dan cemas bercampur menjadi satu. Setelah berniat (ihrom haji), kami menunggu bus dari sarikah untuk menuju Arafah. Di sepanjang perjalanan, kami melafalkan talbiyah dengan takzim "Labbaikallahumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk, laa syarika lak."

Tiba di Arafah, kami disambut tenda besar yang telah disiapkan untuk pelaksanaan wukuf. Wukuf dimulai sejak tergelincirnya matahari pada 9 Dzulhijjah hingga fajar 10 Dzulhijjah. Ini adalah inti dari ibadah haji. Tanpa wukuf, haji tidak sah. Di sinilah kami memperbanyak doa, dzikir, istighfar, dan merenungi kehidupan sambil memohon ampunan kepada Allah SWT.

Kami bersyukur mendapatkan bimbingan intensif dari para pembimbing KBIH Assalaam selama pelaksanaan wukuf. Dari awal mulai waktu Dzuhur sampai menjelang waktu Magrib. Sayangnya, masih ada sebagian jemaah yang berwukuf, menyia-nyiakan waktu dengan aktifitas lain seperti mengobrol, merokok, atau bersantai.

Saat wukuf di arafah adalah saat di ijabahnya do’a karena saat pelaksanaan wukuf Allah SWT turun langsung menyaksikan hamba-hamba-Nya yang bersungguh-sungguh memohon ampunan (istigfar) kepada-Nya. Sangat disayangkan, jika momentum ini tidak digunakan sebaik mungkin dengan rasa khusu dan tawadhu.

Muzdalifah dan Mina, Pengorbanan dan Ketaatan. Usai wukuf, kami berkemas menuju Muzdalifah. Namun karena kondisi lalu lintas dan keterbatasan waktu, kami tiba di sana tengah malam. Maka kami mengikuti skema murur (melewati Muzdalifah) dan langsung melanjutkan perjalanan menuju Mina.

Sekitar pukul 01.00 dini hari, kami tiba di Mina dan bersiap melontar Jumrah Aqabah pada 10 Dzulhijjah, melempar 7 batu kerikil, dan dilanjutkan melaksanakan tahallul awal, setelah tahalul awal kaum laki-laki boleh melepas kain ihram. Pada tanggal 11 dan 12 Dzulhijah, dengan berseragam KBIHU Assalaam Warna Orange, kami melontar tiga jumrah: Ula, Wustha, dan Aqabah. Kami memilih Nafar Awal, yakni meninggalkan Mina setelah dua hari melontar jumrah.

Yang paling berkesan selama di Mina, tenda (Maktab) kami berada dekat dengan Masjid Al Khaif, Masjid yang menurut riwayat pernah menjadi termpat shalat 70 Nabi. Selama sholat berjamaah di Masjid Al Khaif, pelaksanaan sholat Dzuhur, Ashar, dan Isya dilaksanakan hanya dua rakaat. Karena di qashar menguti sunnah Rasulullah SAW selama di Mina.

Doa dan Harapan yang kami panjatkan Semoga Allah SWT menerima seluruh rangkaian ibadah haji kami, menjaga kemabruran haji ini, dan menguatkan tali ukhuwah yang telah terjalin karena-Nya. Perjalanan ini bukan hanya tentang fisik, tetapi juga hati dan jiwa yang kembali kepada fitrah.

Wallahu a’lam bish shawab. Semoga Allah SWT berkenan memanggil kami kembali ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji di masa yang akan datang, beserta anak-anak dan keturunan kami serta orang-orang tercinta. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin. (Eka Puji Kentaswari) Jamaah KBIHU Assalaam


Lainnya

Cookie Consent


Kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda di situs ini. Dengan melanjutkan penggunaan situs ini, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.

Terima & Lanjutkan

Perlu informasi lebih lanjut? Kebijakan Privasi – atau – Kebijakan Cookie dan GDPR