Syarat Sah Taubat: Banyak Bertaubat Sebelum Ke Tanah Suci

  • Assalaam
  • H. Muttaqien
  • 27
...

Taubat adalah langkah pertama yang harus diambil oleh setiap Muslim yang ingin kembali mendekatkan diri kepada Allah setelah melakukan dosa. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa taubat adalah cara terbaik untuk memperoleh pengampunan dari Allah, khususnya bagi mereka yang merasa bersalah dan ingin memperbaiki diri. Dalam riwayat yang diterima dari Syekh Ma'ruf Al-Karkhiy r.a., yang bersumber dari sahabat Anas bin Malik dan Ibnu Umar r.a., terdapat sebuah kisah yang mengajarkan kita tentang pentingnya taubat dan bagaimana cara melaksanakannya.

Kisah Taubat Seorang Muslim

Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki mendatangi Rasulullah SAW dan bertanya, "Ya Rasulullah, tunjukkan padaku satu amal yang dapat memasukkanku ke dalam surga." Rasulullah SAW menjawab dengan bijaksana, "Janganlah kamu pemarah." Ketika orang tersebut bertanya lagi, "Jika saya tidak mampu melakukannya?" Rasulullah SAW menjawab, "Maka perbanyaklah istighfar kepada Allah Azza wa Jalla. Setiap setelah salat Ashar, bacalah istighfar sebanyak 70 kali. Dengan demikian, Allah akan mengampuni dosa-dosamu selama 70 tahun." Bahkan, sabda Rasulullah SAW, "Jika kamu tidak melakukan dosa selama 70 tahun, maka dosamu akan diampuni, begitu pula dosa ibumu. Jika ibumu telah wafat dan tidak melakukan dosa, maka Allah akan memberikan ampunan selama 70 tahun untuk keluarga dekatmu."

Melalui kisah ini, kita bisa memahami betapa pentingnya beristighfar dan bertaubat sebagai sarana untuk memperoleh ampunan Allah, terutama sebelum berangkat menuju tanah suci.

Empat Syarat Sah Taubat

Ada empat syarat yang harus dipenuhi agar taubat kita diterima dan sah menurut ajaran Islam:

Menyesal (An-Nadamu)

Menyesal merupakan rukun terbesar dalam taubat. Tanpa penyesalan yang mendalam, taubat tidak akan sempurna. Menyesal adalah tanda bahwa kita sadar akan dosa yang telah kita lakukan dan merasa berat hati karenanya. Tanda penyesalan yang sahih adalah ketika hati kita merasa terenyuh dan meneteskan air mata, menyadari betapa banyak kesalahan yang telah diperbuat. Orang yang bertaubat dengan penyesalan sejati adalah seperti orang yang bersih dari dosa, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Orang yang menyesal atas dosa-dosanya sebenarnya sedang menanti rahmat Allah."

Bertekad Tidak Mengulanginya Lagi ('Azam)

Selain penyesalan, taubat yang sah juga membutuhkan tekad yang kuat untuk tidak mengulangi dosa yang sama. Dalam Islam, taubat tidak cukup hanya dengan ucapan, tetapi juga dengan niat yang teguh untuk tidak kembali kepada perbuatan yang salah. Orang yang bertaubat dengan tekad yang kuat menunjukkan bahwa dia benar-benar ingin kembali ke jalan yang benar.

Mencabut atau Memutuskan Langkah Perbuatan Dosa (Takhallus)

Salah satu syarat taubat yang sah adalah menghentikan segala bentuk perbuatan dosa yang telah dilakukan. Jika dosa tersebut berkaitan dengan hubungan sesama manusia, maka ia harus segera memperbaiki hubungan tersebut. Misalnya, jika kita pernah menzalimi orang lain atau berutang, maka kita harus membebaskan diri dari utang-utang tersebut dan meminta maaf kepada orang yang telah dizalimi. Memutuskan perbuatan dosa berarti kita menghindari hal-hal yang bisa membawa kita kembali ke dalam dosa tersebut.

Membebaskan Diri dari Seluruh Utang Piutang dan Tindak Aniaya Sesama Hak Azami (Al-Bara’ah)

Dalam taubat, kita juga harus bebas dari segala hak orang lain, termasuk utang piutang atau perbuatan zalim terhadap sesama. Sebagaimana dalam riwayat yang disebutkan, jika kita memiliki utang atau pernah menyakiti hati orang lain, maka kita harus menyelesaikan semua itu sebelum taubat kita diterima oleh Allah SWT. Ini adalah bentuk penyempurnaan taubat yang menyentuh hak Allah dan hak sesama manusia.

----------------------------------------

Diriwayatkan oleh Syekh Ma'ruf AlKarkhiy r.a. isnad nya dari sahabat Anas Bin Malik dan sahabat Ibnu Umar r.a.. bahwa ada seseorang menghampiri Rasulullah Saw, lalu dia bertanya. "Ya Rasulullah tunjukkan padaku satu amal yg dapat memasukkanku ke dalam surga." Jawab Nabi Saw: *Janganlah anda pemarah. Andai aku tak sanggup ? Ya Rasul, Sahutnya. maka anda beristighfar lah kepada Allah Azza wa Jalla. setiap bakda solat Ashar sebanyak 70 kali istighfar,.niscaya dosamu diampuni Allah selama 70 tahun. Sabda Rasulullah Saw, bila dia tak melakukan dosa 70 tahun. Maka dosa dosa ibumu selama itu diampunkan Allah SWT . Bila ibu mu wafat dan tidak melakukan dosa selama itu, maka ampunan Allah selama 70 tahun diberikan kepada kerabat dekatmu.

4 Syarat sah taubat adalah sebagai berikut:

1. Menyesal. ( annadamu)

2. Bertekad tak kan mengulanginya lagi.( 'azam)

3. Mencabut / memutuskan langkah perbuatan dosa. 4. Membebaskan diri dari seluruh utang piutang dan tindak aniaya sesama hak adami. ( albaraa'ah)

Sabda Nabi Saw, taubat itu menyesal!. hal serupa dgn model ta'rif itu. Seperti sabda Nabi Saw, Haji itu adalah Arafah.

Menyesal itu rukun terbesar dalam taubat.

Tanda menyesal yang sahih adalah hatinya sangat mudah trenyuh ketika menyadari dosa dosanya itu, lalu tak terasa ia meneteskan air mata penyesalannya.

Orang yg bertaubat atas dosa dosanya( taubat nasuha) bagaikan orang yang telah bersih dari dosa.

Sabda Nabi Saw, orang yang menyesal atas dosa sebenarnya sedang menanti rahmat Allah, tetapi orang yang bangga( 'ujub) dengan perbuatan dosa dosanya sebenarnya ia sdg menanti murka Nya.

Imam Al-Ghazali menyatakan; siapa yang mampu menghisab diri saat ini sebelum ia dihisabnya di akhirat, maka di ahirat nanti menjadi ringan.dan ia akan mudah menjawab pertanyaan di alam kubur, dan akan memperoleh tempat kembali yang menyenangkan. 

Kesimpulan

Taubat merupakan bagian integral dari kehidupan seorang Muslim. Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita bahwa taubat yang sah harus dilandasi dengan penyesalan yang mendalam, tekad untuk tidak mengulanginya, pemutusan dari perbuatan dosa, serta penyelesaian terhadap hak-hak orang lain. Taubat adalah jalan menuju kebersihan jiwa dan keridhaan Allah. Imam Al-Ghazali mengingatkan kita bahwa orang yang mampu menghisab diri sendiri sekarang, akan lebih mudah menghadapi hisab di akhirat kelak.

Mari kita bertaubat sebelum kita berangkat ke tanah suci, agar hati kita benar-benar bersih dan kita dapat menjalani ibadah haji dengan penuh keikhlasan dan keberkahan. Wallahu a'lam bish-shawab. KH. Zaenal Asikin

(Hidayatul adzkiya halaman 14.)

Artikel Lainnya