Catatan Akhir Habib Utsman Al Aydrus: Kehilangan Ikhlas dan Barokah dalam Kehidupan

  • Assalaam
  • H. Muttaqien
  • 8
...

Habib Utsman Al Aydrus bin Al Habib Husein Al Aydrus, pendiri Pesantren Assalaam Bandung, adalah sosok yang dikenal luas sebagai seorang ulama yang penuh kebijaksanaan, keteladanan, dan kecintaan yang mendalam kepada umat. Melalui berbagai ajaran dan dakwahnya, beliau telah menyentuh banyak hati, membimbing para santri, dan memberi inspirasi bagi banyak orang dalam menjalani kehidupan beragama yang lebih baik. Namun, dalam salah satu catatan terakhir yang beliau tinggalkan, Habib Utsman menyampaikan kekhawatirannya yang mendalam: "Yang aku khawatirkan sepeninggalku, adalah kehilangan ikhlas dari hati kaum muslimin dan kehilangan barokah dalam kehidupannya." Pernyataan ini bukan hanya sekedar ungkapan, tetapi merupakan refleksi spiritual yang penuh makna, mengandung pesan yang sangat penting untuk umat Islam, terutama bagi generasi yang akan datang.

Ikhlas: Esensi dari Amal yang Diterima

Ikhlas adalah salah satu pokok ajaran dalam Islam yang harus dipahami dengan benar. Dalam bahasa Arab, ikhlas berarti tulus, murni, dan tanpa pamrih. Dalam konteks amal ibadah, ikhlas berarti melakukan segala sesuatu hanya karena Allah, bukan karena mengharapkan pujian, penghargaan, atau balasan dari manusia. Ikhlas adalah kualitas hati yang membebaskan seseorang dari segala bentuk riya' (pamer) dan sum'ah (ingin didengar).

Habib Utsman khawatir jika setelah kepergiannya, umat Islam mulai kehilangan keikhlasan dalam hati mereka. Hal ini bisa terjadi ketika amal ibadah dan perbuatan baik yang dilakukan tidak lagi dilandasi oleh niat yang tulus karena Allah, tetapi lebih pada keinginan untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain. Jika ikhlas hilang dari hati kaum Muslimin, maka segala amal yang mereka lakukan bisa kehilangan makna dan ganjarannya di sisi Allah. Sebab, Allah berfirman dalam Al-Qur'an, "Dan mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam agama yang lurus." (QS. Al-Bayyinah: 5)

Ikhlas adalah elemen utama yang menjadikan amal ibadah kita diterima oleh Allah. Tanpa keikhlasan, ibadah kita bisa menjadi sia-sia. Oleh karena itu, Habib Utsman mengingatkan kita agar senantiasa menjaga keikhlasan dalam setiap perbuatan kita, baik dalam beribadah maupun dalam berinteraksi dengan sesama. Ikhlas adalah jiwa dari setiap amal, dan tanpa ikhlas, amal tersebut tidak akan membawa manfaat yang sejati.

Barokah: Keberkahan dalam Hidup

Selain ikhlas, Habib Utsman juga khawatir akan hilangnya barokah dalam kehidupan umat Islam setelah kepergiannya. Barokah berasal dari kata Arab yang berarti keberkahan, kebaikan yang terus berkembang, dan anugerah Allah yang tidak terhingga. Barokah dalam kehidupan tidak hanya berarti berlimpahnya materi, tetapi juga mencakup ketenangan hati, kelapangan hidup, keberkahan dalam waktu, dan segala aspek kehidupan yang penuh dengan rahmat Allah.

Ketika barokah hadir dalam hidup seseorang, segala sesuatu yang dia lakukan akan terasa lebih ringan, penuh makna, dan memberi manfaat yang lebih besar. Rezeki yang diterima akan cukup dan bermanfaat, waktu yang digunakan akan terasa penuh berkah, serta hubungan sosial yang dijalani akan membawa kebaikan. Sebaliknya, kehilangan barokah akan membuat hidup terasa hampa, meskipun segala hal duniawi sudah dimiliki.

Habib Utsman sangat menyadari bahwa barokah tidak datang begitu saja; ia merupakan hasil dari amal yang ikhlas, serta kehidupan yang dijalani sesuai dengan tuntunan agama. Kehilangan barokah dalam kehidupan adalah keadaan yang sangat mengkhawatirkan, karena barokahlah yang memberikan keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara kebutuhan jasmani dan rohani. Tanpa barokah, seseorang mungkin mendapatkan apa yang dia inginkan di dunia, tetapi dia akan kehilangan ketenangan dan kebahagiaan yang sejati.

Menghindari Kehilangan Ikhlas dan Barokah

Pernyataan Habib Utsman ini mengingatkan kita tentang dua hal yang sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim: ikhlas dan barokah. Kedua hal ini merupakan pilar utama yang akan menjaga keberlanjutan kebaikan dalam hidup kita, baik di dunia maupun di akhirat.

Menjaga Ikhlas dalam Setiap Perbuatan

Untuk menjaga ikhlas, kita perlu selalu mengingat niat kita dalam setiap amal yang kita lakukan. Ikhlas bukan hanya tentang apa yang kita lakukan, tetapi juga tentang bagaimana kita melakukannya dan untuk siapa kita melakukannya. Ketika setiap amal dilakukan karena Allah semata, maka amal tersebut akan memiliki makna yang dalam dan membawa kebaikan. Kita juga perlu memperbaiki niat kita setiap kali kita merasa terdorong oleh godaan riya' atau keinginan duniawi.

Mencari Barokah dalam Hidup

Untuk mendapatkan barokah, kita harus menjalani hidup dengan penuh kesadaran akan keberadaan Allah. Barokah tidak hanya terkait dengan banyaknya harta atau pencapaian, tetapi lebih kepada kualitas hidup yang dipenuhi dengan kebaikan, ketenangan hati, dan kemanfaatan bagi orang lain. Barokah datang dari kesalehan dalam beribadah, kejujuran dalam bekerja, dan perhatian terhadap sesama. Dalam setiap aspek kehidupan, kita harus senantiasa memohon agar Allah memberikan barokah dalam hidup kita, dan kita harus berusaha agar hidup kita bermanfaat untuk orang lain.

Kesimpulan: Mengikuti Warisan Habib Utsman

Pesan terakhir Habib Utsman ini merupakan amanah yang sangat berharga bagi umat Islam, terutama bagi generasi mendatang. Kehilangan ikhlas dan barokah adalah dua hal yang harus dihindari dalam setiap aspek kehidupan kita. Kita perlu menjaga agar niat kita selalu murni karena Allah dan senantiasa mencari barokah dalam setiap tindakan yang kita lakukan.

Semoga kita dapat mengambil hikmah dari keteladanan Habib Utsman, menjaga keikhlasan dalam hati, dan mengupayakan kehidupan yang penuh dengan barokah. Mari kita renungkan dan terapkan pesan ini dalam kehidupan sehari-hari, agar segala amal yang kita lakukan diterima oleh Allah dan membawa keberkahan dalam hidup kita dan umat secara keseluruhan.

Artikel Lainnya