Menggali Makna dan Hikmah di Balik Pakaian dan Keadaan Ihram dalam Ibadah Haji

  • Assalaam
  • H. Muttaqien
  • 31
...

Setiap individu yang melaksanakan ibadah haji pasti akan menjalani tahap ihram, baik untuk haji maupun umrah. Ihram bukan sekadar memakai pakaian tertentu atau sekadar niat, namun merupakan keadaan spiritual yang penting dalam perjalanan ibadah ini. Dalam konsep Islam, ihram adalah keadaan di mana seseorang telah berniat untuk melaksanakan haji atau umrah, yang kemudian diikuti dengan pelaksanaan larangan-larangan tertentu yang harus dijaga hingga seluruh rangkaian ibadah tersebut selesai.

Pakaian Ihram: Simbol Keterlepasan dari Duniawi

Pakaian ihram menjadi ciri khas yang melekat pada setiap jamaah haji, baik laki-laki maupun perempuan. Bagi laki-laki, pakaian ihram terdiri dari dua lembar kain putih yang tidak dijahit dan dililitkan di tubuh, sedangkan bagi perempuan, pakaian ihram adalah busana yang menutupi aurat mereka. Pakaian putih ini bukan hanya sekadar simbol penampilan, namun memiliki makna yang mendalam, sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibn Abbas, seorang sahabat Rasulullah yang dikenal dengan sebutan "lautan ilmu".

Ibn Abbas memiliki pemikiran yang mendalam tentang pakaian ihram. Dalam Hasyiyah I’anatut Thalibin, Imam Abu Bakr al-Bakri mengutip ucapan Ibn Abbas mengenai hikmah di balik perilaku-perilaku haji, termasuk di antaranya pakaian ihram. Ibn Abbas menjelaskan tiga poin penting yang menjadi hikmah dalam ber-ihram.

Pertama: Keberbedaan Tujuan dan Perilaku

Pada umumnya, ketika seseorang berkunjung ke tempat lain, ia akan mengenakan pakaian terbaiknya, yang menunjukkan status atau kebanggaan. Namun, ketika hendak memasuki ihram, jamaah haji harus mengenakan pakaian sederhana, yaitu kain putih yang tidak berjahit. Hal ini bertolak belakang dengan kebiasaan manusia yang cenderung mengenakan pakaian terbaik ketika bertemu dengan orang lain. Allah menginginkan agar umat-Nya menyadari bahwa tujuan kedatangan mereka ke Tanah Suci bukan untuk mendapatkan pengakuan atau kemewahan dari sesama makhluk, tetapi untuk menyembah dan menghadap kepada Sang Pencipta.

Pakaian ihram yang sederhana ini mengingatkan kita bahwa saat kita mendatangi Allah, kita harus meninggalkan segala atribut duniawi, termasuk kebanggaan dan status sosial. Allah adalah Sang Khaliq, Pencipta alam semesta yang tidak membutuhkan pengakuan manusia. Dalam hal ini, Allah mengajarkan kita untuk mendekat kepada-Nya dengan ketulusan dan kerendahan hati, tanpa membawa kekayaan atau kemewahan dunia.

Kedua: Melepas Keterikatan dengan Dunia

Ibn Abbas menyebutkan bahwa memakai pakaian ihram juga mengingatkan seseorang untuk melepaskan segala keterikatan dengan dunia. Seperti halnya seorang bayi yang lahir tanpa membawa apa-apa, seorang hamba yang mengenakan ihram seolah-olah menanggalkan semua kepemilikan duniawi. Pakaian ihram menjadi simbol bahwa kita harus kembali kepada fitrah, tanpa membawa harta benda atau atribut yang dapat membebani kita.

Saat mengenakan ihram, seorang hamba diharuskan untuk melepaskan segala bentuk kemewahan duniawi dan fokus pada hubungan spiritual dengan Allah. Pakaian ihram yang sederhana ini mengajarkan kita untuk meninggalkan kesibukan dunia dan fokus pada ibadah serta pengabdian kepada Allah semata.

Ketiga: Mengingat Hari Kiamat

Poin ketiga yang disampaikan oleh Ibn Abbas adalah bahwa pakaian ihram juga menggambarkan kondisi seseorang saat berdiri di hadapan Allah pada hari kiamat. Allah berfirman dalam Surah an-Nisa’ ayat 40:

 إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ

“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah,”

Dan dalam Surah al-An’am ayat 94:

 وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَى كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ

“Dan Sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana Kami ciptakan kamu pertama kali.”

Pakaian ihram yang serba sederhana dan tanpa hiasan ini mengingatkan kita bahwa pada akhirnya, kita akan kembali kepada Allah tanpa membawa apapun selain amal perbuatan kita. Pakaian ihram mengingatkan kita tentang kematian dan kehidupan setelahnya, di mana tidak ada yang dapat kita bawa kecuali ketakwaan dan amal yang telah kita lakukan.

Meningkatkan Kesadaran Spiritual

Melalui tiga renungan ini, Ibn Abbas ingin mengajak umat Islam untuk merenungkan kedalaman makna ibadah haji dan umrah, terutama terkait dengan keadaan ihram. Pakaian ihram dan keadaan spiritual yang mengikutinya bukanlah sekadar ritual atau simbol luar, melainkan sebuah pengingat untuk menanggalkan segala bentuk keterikatan dengan dunia dan menyadari betapa besar perbedaan antara Allah dan makhluk-Nya. Ibadah haji mengajarkan kita untuk hidup lebih sederhana, tidak terikat pada harta benda, dan selalu mengingat bahwa pada akhirnya kita akan kembali kepada Allah dalam keadaan apa adanya, tanpa membawa apapun selain amal dan takwa.

Dengan demikian, ibadah haji dan ihram bukan hanya soal menjalankan serangkaian ritual fisik, tetapi juga tentang mencapai kedamaian batin dan kesadaran spiritual yang mendalam. Wallahu a’lam bis shawab. (KH.Lukman Hakim)

Artikel Lainnya