ENERGI KETULUSAN TAUHID: Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail

  • Assalaam
  • H. Muttaqien
  • 74
...

Kisah kehidupan keluarga Nabi Ibrahim mengandung banyak pelajaran berharga bagi umat Islam. Dimulai dengan tantangan dalam kehidupan rumah tangga Nabi Ibrahim yang melibatkan dua istri beliau, Siti Sarah dan Siti Hajar. Siti Sarah, istri pertama, tidak dapat memberikan keturunan, sementara Siti Hajar, istri kedua, akhirnya menjadi ibu dari Nabi Ismail. Konflik antara kedua istri ini memunculkan perasaan cemburu dan ketegangan, yang pada akhirnya mengarah pada keputusan Nabi Ibrahim untuk mengasingkan Siti Hajar dan Ismail ke suatu tempat yang tandus dan gersang.

Pengorbanan Nabi Ibrahim dan Siti Hajar

Kisah ini diawali dengan pengasingan Siti Hajar dan Ismail dari tempat tinggal mereka di Palestina menuju Makkah yang saat itu merupakan daerah yang tandus tanpa kehidupan. Dalam perjalanan itu, Nabi Ibrahim hanya membekali mereka dengan kurma dan air. Di sinilah kita melihat ketulusan hati Nabi Ibrahim yang menjalankan perintah Allah meskipun hatinya terasa berat meninggalkan istri dan anak tercintanya. Dalam sebuah riwayat, Siti Hajar, meskipun merasa ditinggalkan, dengan ikhlas menerima takdir dan meyakini bahwa semua yang terjadi adalah atas perintah Allah. Ketulusan ini menjadi salah satu contoh nyata dari kekuatan tauhid dan keikhlasan dalam menghadapi ujian hidup.

Sesampainya di Makkah, Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah, sebagaimana tercantum dalam Surah Ibrahim ayat 37, agar tempat itu menjadi tempat yang diberkahi dan menjadi tempat ibadah bagi umat manusia. Keikhlasan Nabi Ibrahim dan Siti Hajar dalam menghadapi ujian Allah pun berbuah manis. Allah menurunkan air zamzam yang menyelamatkan mereka dari kehausan, sebuah mukjizat yang menandakan bahwa Allah tidak akan menelantarkan hamba-Nya yang bersabar dan ikhlas.

Keajaiban Air Zamzam dan Perkembangan Makkah

Setelah air zamzam muncul dari tempat yang tak terduga, banyak pedagang dan kabilah-kabilah yang melewati daerah tersebut dan akhirnya menetap di sana. Siti Hajar dan Ismail tidak lagi hidup dalam kesendirian. Salah satu kabilah pertama yang datang adalah Kabilah Jurhum, yang mengenalkan bahasa Arab kepada Ismail, yang sebelumnya tidak fasih berbahasa tersebut. Ismail pun tumbuh besar dan menikah dengan seorang wanita dari Kabilah Jurhum.

Kisah ini menunjukkan bahwa Allah, dengan takdir-Nya yang penuh hikmah, memberikan pertolongan kepada hamba-hamba-Nya yang bersabar dan tawakal. Makkah, yang dulunya tandus, menjadi tempat yang ramai dengan kehidupan berkat keberkahan yang diberikan Allah.

Membangun Ka'bah: Manifestasi Ketulusan Tauhid

Salah satu bagian paling penting dari kisah Nabi Ibrahim adalah perintah Allah untuk membangun Ka'bah di Makkah. Suatu hari, Nabi Ibrahim menerima perintah untuk membangun rumah Allah bersama dengan putranya, Nabi Ismail. Ketulusan tauhid yang dimiliki Nabi Ibrahim terlihat jelas ketika beliau dengan penuh keikhlasan melaksanakan perintah ini meskipun dihadapkan dengan tantangan besar.

Nabi Ibrahim dan Ismail memulai pembangunan Ka'bah di atas fondasi yang sebelumnya dibangun oleh Nabi Adam. Mereka bekerja bersama, dengan Ismail membawa batu dan Ibrahim menyusunnya. Di saat penyelesaian pembangunan Ka'bah, Nabi Ibrahim dan Ismail berdoa agar Allah menerima amal mereka. Doa tersebut tercatat dalam Surah Al-Baqarah ayat 127-129, yang mengandung permohonan agar Allah menjadikan Ka'bah sebagai tempat yang penuh berkah dan menjadi pusat ibadah bagi umat manusia.

Selain itu, kisah tentang "Maqam Ibrahim" dan "Hajar Aswad" juga menunjukkan betapa besar pengaruh ketulusan hati Nabi Ibrahim dalam mewujudkan Ka'bah. Batu yang menjadi pijakan Nabi Ibrahim dalam menyusun Ka'bah ternyata adalah batu yang dihadiahkan oleh Malaikat Jibril. Batu ini dikenal dengan nama Hajar Aswad, yang sekarang terletak di sudut Ka'bah sebagai bagian dari simbol ibadah haji dan kekuatan spiritual yang berasal dari ketulusan hati Nabi Ibrahim.

Keagungan Energi Tauhid dalam Ka'bah

Keagungan Ka'bah sebagai rumah Allah tidak lepas dari energi spiritual yang terkandung dalam setiap batu yang menyusunnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Agus Mustafa dalam bukunya Pusaran Energi Ka'bah, daya tarik Ka'bah yang sangat kuat berasal dari ketulusan dan keagungan sifat-sifat Nabi Ibrahim. Meskipun Nabi Ibrahim telah meninggal dunia, energi positif yang beliau ciptakan melalui Ka'bah dan tempat-tempat suci lainnya masih terasa hingga saat ini.

Penutup

Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mengajarkan kita tentang ketulusan, keikhlasan, dan kekuatan tauhid dalam menghadapi ujian hidup. Dari pengorbanan Nabi Ibrahim yang meninggalkan kebahagiaan duniawi demi menjalankan perintah Allah, hingga ketulusan hati Siti Hajar yang menerima takdir dengan penuh keikhlasan, keduanya menunjukkan bahwa ketulusan kepada Allah adalah sumber kekuatan yang tiada tandingannya. Ka'bah, yang dibangun dengan penuh pengorbanan dan keikhlasan, menjadi simbol dari energi tauhid yang abadi, yang terus memberikan berkah dan petunjuk bagi umat Islam di seluruh dunia.


Artikel Lainnya