"Ketika Berangkat Haji Sendiri, Justru Bingung Sendiri"

Banyak orang mengira bahwa ibadah haji bisa dijalani sendiri, tanpa perlu mengikuti bimbingan atau bergabung dengan kelompok. Mereka merasa cukup hanya dengan membaca buku panduan atau menonton video manasik di internet. Namun kenyataannya, ketika sudah tiba di Tanah Suci, semua teori itu seringkali buyar oleh suasana yang sangat berbeda dari yang dibayangkan.

Haji bukan ibadah biasa. Ia terdiri dari serangkaian amalan yang waktunya terikat dan tempatnya terbatas. Sekali salah langkah, bisa berdampak pada keabsahan ibadah. Jamaah yang berangkat tanpa pembimbing seringkali merasa kebingungan saat harus menentukan urutan manasik, arah pergerakan, waktu pelaksanaan, hingga detail teknis seperti niat, doa, dan larangan ihram.

Tak sedikit jamaah mandiri yang akhirnya justru bertanya pada rombongan lain, atau mengikuti kerumunan tanpa tahu arah dan tujuan yang tepat. Ada pula yang panik ketika jadwal lempar jumrah tiba—tidak tahu kapan harus berangkat, lewat jalur mana, dan apa yang harus dibawa. Situasi ini bukan hanya melelahkan, tapi juga bisa mengganggu kekhusyukan dan konsentrasi ibadah.

Berbeda halnya dengan jamaah yang mengikuti bimbingan atau berangkat bersama pembimbing. Setiap langkah diarahkan, setiap ibadah dijelaskan, dan setiap persoalan segera dibantu penyelesaiannya. Bahkan dalam kondisi darurat pun, pembimbing menjadi penenang sekaligus penuntun.

Ibadah haji bukan sekadar ritual fisik, tapi juga perjalanan jiwa. Tanpa arahan yang tepat, seseorang bisa tersesat dalam keraguan. Maka, bergabung dalam kelompok bimbingan bukan tanda kelemahan, melainkan bentuk kesadaran dan kesiapan untuk menjalankan ibadah dengan tertib, sah, dan mabrur.