Dam (Denda) dan Macam-Macamnya dalam Ibadah Haji dan Umrah

  • Assalaam
  • H. Muttaqien
  • 33
...

Dalam ibadah haji dan umrah, seseorang yang melakukan pelanggaran terhadap larangan-larangan ihram akan dikenakan sanksi atau denda (dam) sebagai bentuk pertanggungjawaban. Dalam Kitab Al-Majmu' Syarh al-Muhadzab karya Imam An-Nawawi, terdapat empat kategori dam yang harus dipahami oleh jamaah haji yang melanggar ketentuan ihram. Imam Rafi'i, dalam karyanya, membagi dam ini menjadi empat kategori utama, yang masing-masing memiliki syarat dan aturan yang jelas. Keempat kategori dam ini, seperti yang diterangkan oleh Imam Rafi'i, bertujuan untuk memudahkan jamaah haji dalam memahami jenis pelanggaran yang dilakukan serta denda yang harus dibayar. Imam Rafi’i juga menjelaskan dua istilah penting dalam sistem denda ini, yakni tartib dan taqdir; tartib dan ta'dil; takhyir dan ta'dil; serta takhyir dan taqdir. Berikut adalah penjelasan lebih mendalam mengenai empat kategori dam tersebut: فمعنى الترتيب انه يجب الدم ولا يجوز العدول إلى غيره إلا إذا عجز عنه ومعنى التخيير انه يجوز العدول إلى غيره Artinya, “Makna tartib adalah bahwa diharuskan bagi jamaah haji (yang melanggar larangan) untuk membayar denda dan tidak diperbolehkan menggantinya dengan denda lain yang setara kecuali orang tersebut tidak mampu membayarnya. Sedangkan makna takhyir adalah boleh mengganti dengan denda lain yang setara.” فمعنى التقدير ان الشرع قدر البدل المعدول إليه ترتيبا أو تخييرا أي مقدرا لا يزيد ولا ينقص ومعنى التعديل انه امر فيه بالتقويم والعدول إلى غيره بحسب القيمة Artinya, “Makna taqdir adalah sesungguhnya syariat telah menetapkan denda pengganti yang setara, baik secara berurutan maupun dengan memilih, yakni taqdir bisa juga berarti telah ditetapkan dendanya tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih. Sedangkan makna ta’dil adalah bahwasanya syariat memerintahkan untuk mencari denda lain dengan takaran yang setara berdasarkan nilai (harga).”

1. Tartib dan Taqdir

Kategori ini berlaku untuk pelanggaran wajib haji yang tidak dapat dihindari, seperti haji tamattu', haji qiran, atau pelanggaran yang disebabkan oleh kelalaian seperti tidak berniat dari miqat, tidak mabit di Muzdalifah atau Mina tanpa alasan yang dibenarkan syar’i, atau tidak melaksanakan thawaf wada. Dalam hal ini, dam yang harus dibayar adalah:

Menyembelih seekor kambing.

Jika tidak mampu, dapat diganti dengan berpuasa 10 hari, di mana 3 hari dilakukan selama ibadah haji dan 7 hari sisanya dilakukan di kampung halaman.

Jika puasa juga tidak mampu dilakukan, dapat diganti dengan membayar 1 mud per hari (1 mud = 675 gram atau sekitar 0.7 liter makanan pokok).

Denda ini memiliki urutan yang jelas dan tidak bisa diganti dengan opsi lain kecuali jika tidak mampu membayar denda tersebut.

2. Tartib dan Ta'dil

Kategori ini berlaku untuk pelanggaran yang lebih berat, seperti hubungan seksual suami istri sebelum tahallul awal dalam haji atau sebelum seluruh rangkaian umrah selesai. Denda untuk pelanggaran ini adalah:

Menyembelih seekor unta.

Jika tidak mampu, dapat diganti dengan menyembelih seekor sapi atau lembu.

Jika tetap tidak mampu, bisa diganti dengan menyembelih 7 ekor kambing.

Jika semua pilihan tersebut tidak dapat dilakukan, maka dapat diganti dengan memberi makan fakir miskin senilai harga seekor unta atau berpuasa sejumlah mud yang setara.

Pelanggaran ini bersifat wajib dan langsung mempengaruhi kesempurnaan ibadah haji atau umrah, yang mengharuskan jamaah untuk mengulang kembali ibadahnya. Sebagai contoh, seorang jamaah yang tidak dapat melaksanakan haji karena alasan tertentu setelah berihram, akan dikenakan dam ini.

3. Takhyir dan Ta'dil

Kategori ini berlaku untuk pelanggaran yang berkaitan dengan perburuan binatang atau penebangan pohon di Tanah Haram atau di wilayah Mekah, seperti berburu atau membunuh binatang darat yang dapat dimakan atau merusak pohon yang tumbuh di Tanah Haram. Untuk kategori ini, jamaah haji diberikan pilihan untuk mengganti pelanggaran dengan salah satu dari beberapa opsi berikut:

Menyembelih binatang yang sebanding dengan binatang yang diburu.

Memberikan makan fakir miskin dengan nilai harga binatang yang diburu.

Berpuasa sejumlah bilangan mud yang setara dengan harga binatang tersebut (1 mud = 675 gram per hari).

Opsi denda ini memberikan kelonggaran bagi jamaah yang melanggar ketentuan untuk memilih cara yang sesuai dengan kemampuannya.

4. Takhyir dan Taqdir

Kategori terakhir ini berlaku untuk pelanggaran yang melibatkan pemakaian pakaian berjahit, memotong kuku, menggunakan wangi-wangian, serta mencabut atau menggunting rambut selama ihram. Untuk pelanggaran ini, jamaah haji diberikan pilihan untuk mengganti dengan salah satu dari opsi berikut:

Menyembelih seekor kambing.

Memberikan sedekah kepada 6 orang fakir miskin, dengan tiap orang menerima 2 mud makanan.

Berpuasa selama 3 hari.

Selain itu, jika seorang jamaah haji melakukan perzinaan atau hubungan seksual setelah tahallul awal, maka denda yang dikenakan adalah:

Menyembelih seekor unta.

Memberikan sedekah senilai seekor unta.

Berpuasa sejumlah bilangan mud yang setara dengan harga satu ekor unta.

Kesimpulan

Denda atau dam bagi jamaah haji yang melanggar larangan ihram merupakan suatu mekanisme yang tidak hanya berfungsi sebagai hukuman, tetapi juga sebagai upaya untuk menjaga kesempurnaan ibadah haji dan umrah. Dengan memahami kategori dam dan pelanggaran yang ada, jamaah haji diharapkan dapat melaksanakan ibadahnya dengan hati-hati dan penuh perhatian agar tidak melanggar ketentuan yang telah ditetapkan. Pemahaman ini juga memudahkan jamaah dalam memilih alternatif denda yang sesuai dengan kemampuan mereka. Semoga kita semua diberikan kelancaran dalam menjalankan ibadah haji dan umrah tanpa melakukan pelanggaran, serta dapat menyelesaikan ibadah dengan sempurna. Wallahu a’lam. (KH. Lukman Hakim)

Artikel Lainnya