Di penghujung bulan Sya‘ban 2 Hijriah, langit seolah bersiap menyambut tamu agung yang dinanti-nanti: bulan Ramadhan. Kaum Muslim di Madinah al-Munawwarah bergembira, hati mereka dipenuhi sukacita dan harapan. Melihat semangat yang membara di kalangan umatnya, Rasulullah Saw. pun memanggil mereka untuk berkumpul di Masjid Nabawi, Madinah al-Munawwarah.
Di hadapan mereka, Rasulullah Saw. kemudian menyampaikan pidato yang sarat makna, sarat hikmah, dan menggetarkan jiwa. Pidato itu bukan sekadar seruan. Namun, pidato itu merupakan petunjuk Ilahi yang mengalir dari hati seorang Nabi yang penuh kasih.
“Wahai manusia!” seru Rasulullah Saw. Dengan suara yang lembut namun penuh wibawa. “Kini, telah dekat kepada kalian satu bulan agung, bulan yang penuh berkah. Bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih mulia daripada seribu bulan. Inilah bulan yang Allah tetapkan puasa di siang harinya sebagai kewajiban, dan shalat sunnah di malam harinya sebagai ibadah yang dianjurkan.”
Sejenak kemudian Rasulullah Saw. berhenti berpidato. Tak lama kemudian, beliau melanjutkan, “Barang siapa mendekatkan diri kepada Allah di bulan ini dengan amal sunnah, maka pahalanya seolah ia melakukan amal wajib di bulan-bulan lain. Dan barang siapa melakukan amal wajib di bulan ini, ia akan dibalas dengan pahala seolah telah melakukan tujuh puluh amal wajib di bulan-bulan lain.”
Rasulullah Saw. selanjutnya menegaskan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran. “Kesabaran itu imbalannya adalah surga,” pesan beliau. “Inilah bulan di mana simpati terhadap sesama ditinggikan. Pada bulan ini, rezeki orang-orang beriman dilipatgandakan. Barang siapa menyajikan makanan untuk berbuka puasa kepada orang yang berpuasa, ia akan mendapatkan ampunan atas dosa-dosanya dan pembebasan dari Neraka Jahannam. Ia juga akan memperoleh pahala yang sama seperti pahala orang yang berpuasa itu. Tanpa mengurangi pahala orang tersebut sedikit pun.”
Tiba-tiba, seorang sahabat mengangkat suara, “Wahai Rasulullah. Tidak semua di antara kami memiliki sesuatu yang dapat diberikan kepada orang yang berpuasa untuk berbuka.” Dengan penuh kelembutan, Rasulullah Saw. menjawab, “Allah akan memberikan balasan kepada seseorang yang memberi buka puasa, meski hanya dengan sebiji kurma, seteguk air, atau seisap susu.”
Rasulullah Saw. kemudian menjelaskan keutamaan bulan Ramadhan secara bertahap. “Bulan ini dibagi menjadi tiga bagian: sepuluh hari pertama adalah rahmat, sepuluh hari pertengahan adalah ampunan, dan sepuluh hari terakhir adalah pembebasan dari Neraka Jahannam.” Beliau juga mengingatkan, “Barang siapa meringankan beban hamba sahayanya di bulan ini, Allah Swt. akan mengampuninya dan membebaskannya dari neraka.”
Rasulullah Saw. kemudian memberikan nasihat berharga, “Perbanyaklah di bulan ini dengan empat hal. Dua hal yang mendatangkan keridhaan Tuhan kalian. Sedangkan dua hal yang pasti kalian perlukan. Dua hal yang mendatangkan keridhaan Allah adalah memperbanyak syahadat (persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan-Nya) dan istighfar (permohonan ampun). Sedangkan dua hal yang kalian perlukan adalah memohon surga dan berlindung dari neraka.”
Beliau menutup pidatonya dengan janji yang menggugah, “Barang siapa memberi minum kepada orang yang berpuasa untuk berbuka, Allah akan mengaruniakan kepadanya minuman dari Telagaku. Dengan sekali teguk saja, ia tak akan pernah kehausan lagi hingga ia memasuki surga.”
Berkaitan dengan pidato indah Rasulullah Saw. ini, Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam kitab Ihyâ’ ‘Ulûmîddîn menyatakan, “Pidato Rasulullah Saw. ini adalah petunjuk abadi bagi umat Islam. Setiap kata yang beliau pesankan mengandung makna mendalam tentang keutamaan bulan Ramadhan. Bulan ini adalah kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada Allah, membersihkan jiwa, dan meraih ampunan-Nya.” Sedangkan Syeikh Yusuf al-Qaradhawi dalam bukunya Fiqh Puasa menjelaskan, “Pidato ini mengajarkan kita bahwa puasa Ramadhan bukan sekadar menahan lapar dan dahaga. Namun, juga tentang solidaritas sosial, kesabaran, dan peningkatan spiritual. Memberi makan untuk berbuka puasa adalah amal yang sangat mulia, karena ia menggabungkan antara ibadah dan kepedulian sosial.”
Pidato Rasulullah Saw. ini memang adalah cahaya yang memendari jalan kita menuju bulan Ramadhan. Setiap kata yang beliau sampaikan mengajarkan kita tentang keagungan bulan ini, tentang kesabaran, ampunan, dan kasih sayang. Bulan Ramadhan adalah bulan di mana kita tidak hanya menahan diri dari makan dan minum. Namun, juga dari segala hal yang merusak jiwa dan hubungan kita dengan sesama.
Untuk itu, mari kita sambut bulan Ramadhan dengan hati yang bersih, penuh syukur, dan tekad yang kuat untuk meraih rahmat, ampunan, dan pembebasan dari neraka. Kiranya, kita semua bisa menjadi hamba yang lebih baik, lebih dekat kepada Allah Swt., dan lebih peduli terhadap sesama. Amin
Istilah-istilah dalam Ibadah Haji Assalaam
Do'a Niat Mandi Sunnah dan Shalat Sunnah Ihram dalam Ibadah Haji Assalaam
Ziarah Sekitar Masjidil Haram Assalaam
Posisi Terhormat Ibu Dalam Konsep Islam Assalaam
Marhaban Ya Ramadhan : Oleh KH. Lukman Hakim Assalaam
Tandatangani MoU, Indonesia akan Berangkatkan 221 Ribu Jemaah pada Operasional Haji 2025 : 12 Jan 2025 ; oleh Mustarini Bella Vitiara Assalaam
Belajar dari Unta: Makna dan Hikmah dari Keberadaannya Assalaam
Tempat Turunnya Wahyu Pertama kepada Rasulullah SAW Assalaam
Qolbun Salim: Hati yang Bersih dalam Pandangan Islam Assalaam
Ridho Allah dan Cinta-Nya: Tanda-Tanda yang Diberikan kepada Hamba-Nya Assalaam
Tiga Sikap yang Harus Dijahui Assalaam
Kiranya Niat Naik Haji Mereka Telah Betul: Tadarus tentang Naik Haji Oleh: Ahmad Rofi’ Usmani Assalaam
Filosofi Wukuf di Arafah dalam Ibadah Haji Assalaam
Tiga Hal Pokok dalam Kehidupan Assalaam
Peninggalan Nabi Muhammad SAW: Jejak yang Tak Terlupakan dan Penuh Misteri Assalaam