Habib Syarief Muhammad Al Aydrus mengajak umat Islam untuk merenungkan makna pengorbanan di Hari Raya Idul Adha, yang merupakan momen istimewa karena dua ibadah besar dilakukan: haji dan qurban. Kedua ibadah ini menggambarkan nilai pengorbanan demi mendekatkan diri kepada Allah SWT.
اَللهُ اَكْبَرُ 9 اَللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً. لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ. نَحْمُدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالىَ عَلَى اَنْ قَدْ جَعَلَ الْخَلِيْلَ اِبْرَاهِيْمَ اِمَامًا لَنَا وَلِسَائِرِ الْبَشَر. اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ اَلْمَلِكُ الْجَبَّار. وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَلْمَبْعُوْثُ لِلنَّاسِ لِيُنْجِيَهُمْ مِنْ عَذَابِ النَّار. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ الْمُخْتَارِ. وَعَلىَ اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ اْلاَخْيَار. فَيَااَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوااللهَ تَعَالىَ وَاعْلَمُوْا اَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ فَضِيْلٌ وَعِيْدٌ شَرِيْفٌ جَلِيْلٌ. رَفَعَ اللهُ قَدْرَهُ وَاَظْهَر. اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. لَنْ يَنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ. وَقَالَ اَيْضًا :يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِيْنَ ءَامَنُواْ هَلۡ أَدُلُّكُمۡ عَلَىٰ تِجَٰرَةٖ تُنْجِيْكُم مِّنۡ عَذَابٍ أَلِيمٖ . تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَتُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِكُمۡ وَأَنفُسِكُمۡۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ . يَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡ وَيُدۡخِلۡكُمۡ جَنَّاتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ وَمَسَٰكِنَ طَيِّبَةٗ فِي جَنَّاتِ عَدۡنٖۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ
Allaahu akbar 3x wa lillaahil hamd
Jamaah Idul Adha yang senantiasa mengharapkan ridha Allah swt.
Puji syukur mari kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat Iman, Islam, serta sehat wal afiat sehingga kita dapat beraktifitas selama ini termasuk shalat Idul Adha. Alhamdulillah, tentu merupakan satu kenikmatan dan kebahagiaan yang tak terhingga, bahwa pada hari ini kita merayakan hari raya Idul Adha, hari raya terbesar bagi umat Islam.
Hari raya Idul Adha juga merupakan hari raya istimewa karena dua ibadah agung dilaksanakan pada hari raya ini, yaitu ibadah haji dan ibadah qurban.
Selain ibadah haji dan ibadah Qurban yang memiliki kontek yang sama, juga makna “berkorban”. Kata qurban dan korban atau pengorbanan berasal dari kata yang sama, yaitu “qaruba” yang berarti dekat. Adapun menurut istilah pengorbanan berarti mempersembahkan sesuatu yang dimiliki kepada wujud yang dicintai demi meraih kedekatan. Sebagaimana firman Allah SWT pada surat At Taubah ayat 99;
وَمِنَ ٱلۡأَعۡرَابِ مَن يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَيَتَّخِذُ مَا يُنفِقُ قُرُبَٰتٍ عِندَ ٱللَّهِ وَصَلَوَٰتِ ٱلرَّسُولِۚ أَلَآ إِنَّهَا قُرۡبَةٞ لَّهُمۡۚ سَيُدۡخِلُهُمُ ٱللَّهُ فِي رَحۡمَتِهِۦٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ٩٩
Artinya : Di antara orang-orang Arab Badwi itu ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu sebagai jalan untuk mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kelak Allah akan memasukan mereka kedalam rahmat (surga-Nya). Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Allaahu akbar 3x wa lillaahil hamd
Mereka yang posisinya dekat dengan Allah akan sangat mudah untuk mengorbankan segala yang dimilikinya semata-mata memenuhi perintah Allah swt. Allah SWT sebenarnya tidaklah membutuhkan pengorbanan kita, tetapi kita sendiri yang akan meraih manfaat dari pengorbanan itu. Pengorbanan yang kita lakukan bisa dalam berbagai bentuk, seperti pengorbanan harta, waktu, tenaga, pemikiran atau bahkan nyawa sekalipun. Tetapi yang jadi pertanyaan adalah apakah pernah kita lakukan semuanya atau salah satunya? Jika kita memang belum melakukannya atau baru sedikit kita melakukan pengorbanan, mungkin kita perlu tahu apa sebenarnya hakikat ruh pengorbanan.
Allah SWT berfirman dalam Al Quran Surah Ali Imran ayat 31;
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِىْ يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذَنُوْبَكُمْط وَاللهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya : Katakanlah, ‘Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, kemudian Allah akan mencintai kamu dan akan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah maha Pengampun, Maha Penyayang. [Ali Imran : 32]
Hakikat pengorbanan adalah kecintaan. Kecintaan menjadi landasan dari setiap unsur untuk memperoleh keberhasilan dalam pengorbanan. Allah SWT mencintai hamba-Nya yang selalu mencintai-Nya dan membuktikannya dengan mencintai orang-orang yang dicintai-Nya. Pengorbanan menjadi salah satu sarana untuk membuktikan cinta hamba kepada Allah SWT, yaitu dengan jalan mengabdikan dirinya kepada utusan-Nya. Bila pengorbanan sudah dijalankan dengan dilandasi cinta, maka segala apa yang ada pada diri hamba-Nya akan diserahkan kepada-Nya dengan penuh keikhlasan.
Allaahu akbar 3x wa lillaahil hamd
Takwa dan iman juga erat hubungannya dengan pengorbanan. Tak ada orang yang beriman tanpa rela berkorban. Allah SWT berfirman dalam surat al-Hujarat ayat 15 yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.”
Pada ayat lain, Allah juga berfirman pada surat Shaf ayat 10-12 :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ هَلۡ أَدُلُّكُمۡ عَلَىٰ تِجَٰرَةٖ تُنجِيكُم مِّنۡ عَذَابٍ أَلِيمٖ .تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَتُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِكُمۡ وَأَنفُسِكُمۡۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ . يَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡ وَيُدۡخِلۡكُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ وَمَسَٰكِنَ طَيِّبَةٗ فِي جَنَّٰتِ عَدۡنٖۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ .
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam Surga ´Adn. Itulah keberuntungan yang besar.
Seseorang berjuang di jalan Allah untuk meraih surga dan rahmat-Nya serta terhindar dari siksa. Tidak diragukan lagi, ini adalah tujuan mulia yang dapat dicari oleh seorang mukmin. Akan tetapi, sarana untuk mengorbankan harta dan nyawa seseorang sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut banyak jumlahnya. Seseorang mungkin saja salah menafsirkan ayat-ayat Al-Quran atau hadis dan akhirnya berkorban lebih dari yang seharusnya. Lebih buruk lagi jika pengorbanan yang dilakukan seseorang tidak memenuhi transaksi yang telah dijanjikan Allah sehingga pengorbanan tersebut menjadi tidak sah.
Kemampuan berkurban setiap orang berbeda-beda. Bahkan sahabat Sayidina Umar bin Khattab ra tidak mampu menyamai apa yang dilakukan Sayidina Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. Hal ini terjadi ketika Sayidina Umar ra mendonasikan separuh hartanya, namun ternyata Sayidina Abu Bakar ra telah mendonasikan seluruh hartanya, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmizi. Sayidina Umar ra tidak sampai mendonasikan sisa hartanya yang separuh karena ia mengetahui batas kemampuannya. Namun, Sayidina Umar ra telah melakukan apa yang ia bisa, dengan segenap kemampuannya, yang mungkin tidak dapat ditandingi oleh orang lain. Hal ini menunjukkan kepada kita betapa pentingnya untuk selalu merenungkan amalan yang telah kita lakukan dan pengorbanan yang harus kita pertanggungjawabkan sambil memastikan bahwa kita selalu melakukan yang terbaik dengan apa yang kita miliki.
Beberapa bentuk pengorbanan :
1. Berkorban harta
Berkorban dengan harta dikenal sebagai zakat, infak dan sedekah. Infak adalah kegiatan mengeluarkan sebagian harta untuk kepentingan yang diperintahkan Islam, seperti membantu fakir miskin atau anak yatim. Sedekah adalah bentuk pengorbanan harta secara sukarela untuk kebaikan, baik kepada individu maupun lembaga.
2. Berkorban ilmu pengetahuan
Berkorban dengan ilmu pengetahuan berarti mengutamakan kepentingan ilmu dan manfaatnya bagi masyarakat di atas kepentingan pribadi, termasuk waktu, tenaga, dan bahkan harta. Ini melibatkan dedikasi, kerja keras, dan kesabaran untuk mempelajari, mengembangkan, dan menerapkan ilmu pengetahuan demi kemajuan dan kesejahteraan manusia.
3. Berkorban tenaga
Berkorban dengan tenaga atau dengan bekerja adalah dua hal yang saling berkaitan dan seringkali terjadi secara bersamaan. Berkorban dengan tenaga berarti mengorbankan kekuatan fisik dan energi untuk melakukan suatu pekerjaan atau aktivitas tertentu, sedangkan berkorban dengan bekerja berarti mengorbankan waktu, usaha, dan bahkan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan tertentu melalui aktivitas kerja.
4. Berkorban jiwa raga
Berkorban dengan jiwa merujuk pada semangat, prinsip, atau ideologi yang mendorong seseorang untuk bertindak. Artinya, seseorang siap untuk mengorbankan segalanya, bahkan nyawanya, demi mewujudkan prinsip-prinsip yang diyakini. Pahlawan bangsa sering disebut telah berkorban jiwa dan raga untuk kemerdekaan negara. Seorang guru yang mendedikasikan hidupnya untuk mengajar anak-anak dapat dikatakan berkorban jiwa dan raga. Relawan yang berjuang membantu korban bencana mungkin juga dikatakan telah berkorban jiwa dan raga.
Allaahu akbar 3x wa lillaahil hamd
Bentuk-bentuk pengorbanan tersebut di atas harus berlandaskan keimanan yang menuntutnya untuk taat dan tunduk pada aturan Allah, sebagaimana yang tertera dalam sebuah hadits yang artinya, “Iman bukanlah sebuah angan-angan belaka, akan tetapi yang dikatakan iman ialah yang tertanam kuat dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan.”
Ketika manusia memiliki keimanan yang benar kepada Allah, akan tumbuh di dalam dirinya kesiapan untuk menjalani segala yang diperintahkan dan ditentukan oleh Allah. Ia pun siap untuk berkorban demi mendapatkan ridha dari Allah. Bahkan, ia rela mengorbankan apa yang ia miliki dan cintai hanya untuk Allah, sebab rasa cintanya kepada Allah mengalahkan rasa cintanya kepada lain-Nya. Kekuatan iman yang dimiliki oleh seorang muslim tidak hanya bisa dibuktikan dengan sebatas pengakuan lisan saja, tetapi pengorbanan yang ia berikan untuk Allah lah yang bisa membedakan siapakah yang memiliki keimanan yang kokoh. Semakin kuat keimanannya, maka akan semakin besar pengorbanan yang akan ia berikan untuk Islam.
Allaahu akbar 3x wa lillaahil hamd
Nabi Ibrahim merupakan sosok panutan yang bisa dijadikan contoh dalam hal pengorbanannya untuk Allah. Berbagai macam ujian telah ia lewati dengan pengorbanan yang tidak sedikit. Sejak masa muda hingga menjadi orang tua, ujian demi ujian datang silih berganti. Dimulai dari ujian yang datang dari ayahnya sendiri, kemudian kaumnya, hingga ujian untuk menyembelih putranya Ismail. Namun, semua ujian itu berhasil ia jalani dengan sempurna. Ia rela mengorbankan apa yang ia cintai untuk mendapatkan ridha Allah, sehingga jadilah Nabi Ibrahim menjadi profil muslim sejati yang mendapatkan kedudukan yang tinggi dan berhak untuk diteladani. Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, ‘Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.'” (al-Baqarah: 124). Dalam ayat lain Allah berfirman, “Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya.” (al-Mumtahanah: 4)
Dan begitulah konsekuensi dari sebuah keimanan. Ia tidak bisa dibeli dengan harga yang murah, sebab balasannya adalah surga yang kekal abadi. Akan tetapi, patut diingat bahwa semakin tinggi keimanan kita, akan semakin besar pula ujiannya. Semakin sulit ujian tersebut, maka semakin besar membutuhkan pengorbanan. Dan semakin besar pengorbanan yang kita berikan demi agama Islam, akan semakin tinggi pula balasan dan kedudukan kita disisi Allah.
Allah SWT berfirman pada surat At-Taubah ayat 111 yang artinya : “Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung.” (at-Taubah: 111)
Pengorbanan yang kita berikan untuk agama Islam, baik pengorbanan jiwa, harta, waktu, keluarga, dan lainnya, pasti akan dibalas dengan balasan yang sebaik-baiknya dari Allah. Ia tidak akan hilang begitu saja dan berakhir dengan sia-sia. Cukuplah kita bercermin kepada Nabi Ibrahim, Nabi Yusuf, Rasulullah saw dan yang lainnya, bagaimana Allah memberikan kedudukan yang tinggi bagi mereka sebagai balasan atas pengorbanan yang telah mereka persembahkan untuk Allah.
Allaahu akbar 3x wa lillaahil hamd
Essensi pengorbanan.
Pengorbanan yang digambarkan kepada kita dalam konteks ‘idul adha adalah pengorbanan Ibrahim AS, yang siap melaksanakan perintah Allah SWT sekalipun harus menyerahkan apa yang paling dikasihinya. Pantaslah kalau Ibrahim AS diberi sebutan yang amat tinggi dalam pandangan Allah SWT.
سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ. كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ.
Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim. Demikian Kami membalas orang-orang yang berbuat baik (ash-Shoffaat: 125)
Ibrahim adalah seorang muhsin, seorang yang baik. Juga dia seorang haliim, penyantun, awwah, penghiba dan muniib, yaitu orang gemar kembali kepada Allah.
إنَّ إِبْرَاهِيْمَ لَحَلِيْمٌ أَوَّاهٌ مُنِيْبٌ.
Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun, penghiba, dan suka kembali kepada Allah (Hud: 70)
Ibrahim as juga digelari sebagai shiddiq, yaitu orang yang sangat membenarkan ajaran Allah.
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيْقًا نَبِيًّا.
Ceritakanlah kisah Ibrahim di dalam Al Kitab ini. Sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi. (Maryam: 41)
Sifat-sifat yang diberikan kepada Ibrahim as. tersebut di atas adalah esensi dari pengorbanan yang harus menjadi bagian utuh dari pengabdian setiap hamba Allah kepada-Nya.
Allaahu akbar 3x wa lillaahil hamd
Berkiprah lillah.
Pengorbanan apapun yang kita lakukan adalah pengorbanan untuk menjadikan segala kiprah kita berbasis lillahi ta’ala. Tak akan ada penyesalan karena berkorban apa pun bentuknya, kalau itu dilandasi dengan lillahi ta’ala. Berkaryalah, beramallah, berbuatlah karena Allah. Insya Allah pahala dunia akhirat akan mengikutinya, karena memang janji Allah seperti itu,
وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ
Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu.
Sungai Sejarah Mengalir
Begitulah kisah pengorbanan itu mengalir dalam sungai sejarah kemanusiaan. Sebab dalam sungai sejarah itu selalu hanya ada darah dan air mata. Tapi hanya itulah yang dapat mengantar setiap pribadi menuju muara kebesarannya. Dan hanya itulah yang dapat mengantar setiap umat menuju muara kejayaannya. Demikianlah akhirnya pengorbanan menjadi kisah panjang yang mengalir deras dalam sungai sejarah kemanusiaan.
Lihatlah bagaimana putera Nabi Adam as., Habil, mempersembahkan hewan terbaik yang ia miliki sebagai persembahan kepada Allah unluk membuktikan kedalaman takwanya. (Al Maidah : 27)
Lihatlah betapa mirisnya perasaan ibunda nabi Musa saat ia memutuskan untuk melepaskan bayi laki-lakinya terapung di atas sungai Nil (QS. Toha : 38-39).
Lihatlah bagaimana nabi Yusuf harus mengorbankan masa mudanya di dasar sumur yang gelap, lalu dalam penjara yang begitu melelahkan (QS. Yusuf : 33).
Lihatlah bagaimana nabi Nuh as mengorbankan 950 tahun dan masa hidupnya untuk dakwah dan akhirnya hanya mendapat 12 pasang pengikut (QS. Nuh : 1-9).
Lihatlah bagaimana nabi Musa as dan Harun as melewati jalan terjal untuk menyampaikan dakwah dan harus menghadapi seorang thagut besar yang mengklaim diri jadi Tuhan yaitu Fir’aun.
Lihatlah bagaimana Ashabul Kahfi harus mengorbankan masa muda mereka dan meninggalkan kota mereka untuk mempertahankan agama mereka dan meminta kenyataan bahwa rnereka harus hidup dalam Gua.
Lihatlah bagaimana nabi kita Muhammad saw, harus berkorban demi dakwahnya sepanjang 22 tahun, 2 bulan dan 22.
Lihatlah bagaimana sahabat-¬sahabat beliau dan kaum Muhajirin harus meninggalkan tanah asalnya, anak isterinya, serta semua harta benda mereka, demi mempertahankan dan melebarkan sayap agama Islam yang kita cintai.
Lihat pula bagaimana orang-orang Anshar di Madinah yang notabene miskin harus menyambut saudara-saudara mereka kaum Muhajirin dari Mekkah yang datang tanpa membawa bekal apapun.
Kalau pengorbanan telah melekat begitu kuat dalam tabiat kehidupan, maka begitulah pengorbanan menjadi wajah abadi bagi iman. Sebab Allah hendak memenangkan agama-Nya di muka bumi dengan usaha-usaha manusia yang maksimal. Marilah kita menyimak diaolog antara Saad Bin Abi Waqqas dengan Rasulullah saw berikut, “Dan Saad bin Abi Waqqas ; ia berkata; “Wahai Rasulullah, siapakah yang mendapat cobaan paling berat?” Rasulullah menjawab; “Para Nabi, lalu yang paling menyamai (kualitas) nabi. Dan seseorang akan diuji dengan sesuai dengan kemampuannya. Jika di dalam keagamaan terdapat kekuatan, maka cobaannya akan semakin keras. Dan Jika ada kelelamahan dalan agamannya, ia hanya akan diuji sesuai dengan kadar keagamaannya itu. Maka cobaan tidak akan pernah meninggalkan seorang hamba, hingga ia membiarkan hamba itu berjalan di muka bumi tanpa sedikitpun dosa.”HR Ibnu Najah dari Saad bin Abi Waqqas.
Pengorbanan menjadi harga mati bagi iman, dimana geliat imanmu hanya akan terlihat sampai sejauhama engkau berkorban, sampai seberapa besar yang engkau nafkahkan, sampai sejauhmana engkau merasa lelah, sampai sejauhmana engkau menangis karena Allah. Dan puncak dari segalanya adalah saat dimana engkau menyerahkan harta dan jiwamu sebagai persembahan total kepada Allah swt. Maka bertanyalah kepada diri sendiri, sudah berapa banyak yang engkau berikan? Sudah berapa banyak engkau kurbankan, sudah berapa banyak engkau meneteskan air mata karena Allah?
Begitulah, pengorbanan menjadi harga mati bagi kemenangan. Setiap mimpi kemenangan dan kejayaan selalu diawali dengan kisah panjang pengorbanan. Maka Nabi lbrahim dinobatkan sebagai pemimpin umat manusia setelah ia menyelesaikan kisah pengorbanannya yang begitu panjang. Dan Rasulullah saw mencapai kemenangan akhirnya setelah melalui masa-masa pengorbanan yang penuh darah dan air mata.
Para nabi dan sahabat-sahabatnya telah menggariskan jalan kemenangan itu bagi kita, bahwa harga yang harus dibayar untuk itu adalah pengorbanan. Dan kita, kaum muslimin, yang kini terpuruk dalam semua bidang kehidupan, kalah dalam semua medan tempur, dan harus rela untuk hanya berada di pinggiran sejarah, harus benar¬-benar menyimak pelajaran itu dengan baik. Sebab Imam Malik mengatakan, “Generasi terakhir umat, tidak akan menjadi baik, kecuali hanya dengan dengan apa yang telah menjadikan generasi pertama menjadi baik.” Seorang sastrawan Muslim, Musthafa Shadiq AI-Rafi’i mengatakan; “Sesungguhnya kemenangan dalam pertarungan hidup tidaklah diperoleh dengan harta, kekayaan dan, kesenangan; tapi dari perjuangan keras, ketegaran dan kesabaran dari sebuah pengorbanan. Itulah hakekat sebuah perjuangan dan pengorbanan. Bersediakah kita berkorban untuk itu? Semoga bermanfaat.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْم. وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.
KHUTBAH KE-2 IDUL ADHA
اَللهُ اَكْبَرُ 7 اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ خَلَقَ اْلاِنْسَانَ خَلِيْفَتَهُ فِى الدُّنْيَا عَلَى الدَّوَامِ. وَاَكْرَمَنَا وَفَضَّلَنَا عَلَى غَيْرِنَا مِنْ جَمِيْعِ الْحَيَوَانَاتِ وَالْهَوَام. اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلاَنَامِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ هَذَاالنَّبِيِّ الْكَرِيْم مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلىَ آخِرِ اْلاَيَّامِ. اَمّاَ بَعْدُ فَيَااَيُّهَاالنَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِى جَمِيْعِ الْحَالاَتِ وَالْمَقَالاَتِ عَلىَ الدَّوَامِ. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالْقَرَابَةِ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُصُوْصًا لِسَيِّدِنَا اَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيّ وَعَلىَ اَزْوَاجِهِ اُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَقَرَابَتِهِ خُصُوْصًا سَيِّدَتِنَا خَدِيْجَةَ الْكُبْرَى وَفَاطِمَةَ الزَّهْرَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ آمِيْن يَارَبَّ الْعَالَمِيْن.اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَاقَاضِيَ الْحَاجَاتِ. وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ بَلْدَتَنَا هَذِهِ بَلْدَةً اِنْدُوْنِسِيَابَلْدَةً آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا وَقَوِّ اَجْسَادَنَا لِطَاعَتِكَ وَاجْتِنَابِ مَعَاصِيْكَ وَزِيَارَةِ بَيْتِكَ الْحَرَامِ وَقَبْرِ نَبِيِّكَ الْمُعَظَّم. وَاغْفِرْ وَارْحَمْ وَتَقَبَّلْ اَعْمَالَ اِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ يُحِبُّوْنَ فِىْ هَذَاالْعَامِ وَسَلِّمْ اَبْدَانَهُمْ وَاَدْيَانَهُمْ وَاَمْوَالَهُمْ مِنْ جَمِيْعِ الْبَلاَءِ وَالْبَلاَيَا وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَاجْعَلْ ذَلِكَ الْحَجَّ لَهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَشْكُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن
Ya Allah, Ya Karim. Pada pagi yang cerah ini saat kami merayakan Idul Qurban kami mengenal sebagian tentang pribadi imam kami Nabiyullah Ibrahim as yang Engkau nyatakan patut untuk menjadi suri tauladan dalam hidup kami.
Ya Allah, Ya ‘Aliim. Dengan segala kerendahan dan keterbukaan, kami nyatakan padaMu bahwa betapa rendahnya kadar iman kami dalam membela dan mempertahankan keyakinan agama kami.
Ya Allah, Ya Ghofuur. Betapa banyak kami telah meminta kepadaMu, dan betapa banyak nikmat dan karunia dariMu, tetapi sungguh kami masih sangat sedikit berkorban untuk agamaMu apalagi berkorban karenaMu.
Ya Allah, Ya Jabbar, Yaa Qohhar. Betapa lemah diri kami, betapa kuat nafsu dan setan menggoda kami, tak aneh dosa dan kesalahan pun banyak menyertai hidup kami, lindungilah kami yaa Allah, berikanlah kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi ujian dan godaan ini.
Ya Allah, Ya Malikul Mulki, Penguasa langit dan bumi. Tunjukilah kami dan berilah kami kepercayaan serta kekuatan agar kami dapat membawa bendera dan mengibarkan panji kebenaran sebagaimana yang telah dirintis oleh imam kami Nabiyullah Ibrahim as dan nabi pilihanMu nabi akhir zaman Nabi Muhammad saw.
Allahumma ya Allah ya Ghofuur. Ampunilah dosa dan kesalahan kami, ampunilah dosa dan kesalahan ibu bapak kami, ampunilah dosa dan kesalahan para pemimpin kami, tiada ampunan selain dariMu wahai Dzat yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِعِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوااللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْا مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِيْكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Istilah-istilah dalam Ibadah Haji Assalaam
Do'a Niat Mandi Sunnah dan Shalat Sunnah Ihram dalam Ibadah Haji Assalaam
Ziarah Sekitar Masjidil Haram Assalaam
Posisi Terhormat Ibu Dalam Konsep Islam Assalaam
Marhaban Ya Ramadhan : Oleh KH. Lukman Hakim Assalaam
Tandatangani MoU, Indonesia akan Berangkatkan 221 Ribu Jemaah pada Operasional Haji 2025 : 12 Jan 2025 ; oleh Mustarini Bella Vitiara Assalaam
Belajar dari Unta: Makna dan Hikmah dari Keberadaannya Assalaam
Tempat Turunnya Wahyu Pertama kepada Rasulullah SAW Assalaam
Qolbun Salim: Hati yang Bersih dalam Pandangan Islam Assalaam
Ridho Allah dan Cinta-Nya: Tanda-Tanda yang Diberikan kepada Hamba-Nya Assalaam
Tiga Sikap yang Harus Dijahui Assalaam
Kiranya Niat Naik Haji Mereka Telah Betul: Tadarus tentang Naik Haji Oleh: Ahmad Rofi’ Usmani Assalaam
Filosofi Wukuf di Arafah dalam Ibadah Haji Assalaam
Tiga Hal Pokok dalam Kehidupan Assalaam
Peninggalan Nabi Muhammad SAW: Jejak yang Tak Terlupakan dan Penuh Misteri Assalaam
Kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda di situs ini. Dengan melanjutkan penggunaan situs ini, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.
Terima & LanjutkanPerlu informasi lebih lanjut? Kebijakan Privasi – atau – Kebijakan Cookie dan GDPR