Dua Kemuliaan: Harta Dunia dan Amal Saleh di Akhirat

  • Assalaam
  • H. Muttaqien
  • 149
...

Umar bin Khaththab ra. pernah berkata: "عِزُّالدُّنْيَابِالْمَلِ وَعِزُّالْآخِرَةِ بِصَالِحِ الْآعْمَالِ" "Kemuliaan dunia dapat diraih dengan harta dan kemuliaan akhirat dapat diraih dengan amal saleh." Pernyataan ini mengandung dua dimensi besar dalam kehidupan seorang Muslim: satu berkenaan dengan kemuliaan dunia yang dapat dicapai melalui kepemilikan harta, dan satu lagi berkenaan dengan kemuliaan akhirat yang hanya bisa diraih melalui amal saleh. Dalam konteks ini, kita diajak untuk merenungkan peran harta dalam kehidupan dunia dan bagaimana amal saleh menjadi kunci utama untuk kebahagiaan di akhirat.

Kemuliaan Dunia dan Harta

Dalam dunia ini, harta sering kali dianggap sebagai simbol kemuliaan, status sosial, dan kekuasaan. Mereka yang memiliki banyak harta dianggap lebih dihormati, lebih dihargai, dan lebih berpengaruh. Namun, dalam ajaran Islam, harta bukanlah tujuan utama, melainkan alat untuk mencapai kemuliaan yang lebih tinggi. Umar bin Khaththab ra. menyatakan bahwa kemuliaan dunia memang bisa diperoleh melalui harta, namun tidak ada jaminan bahwa harta itu akan memberikan kebahagiaan hakiki jika tidak digunakan dengan cara yang benar.

Islam mengajarkan bahwa harta harus diperoleh dengan cara yang halal dan digunakan untuk tujuan yang baik, seperti membantu orang lain, mendukung kegiatan dakwah, dan memastikan kebutuhan diri serta keluarga terpenuhi. Kecintaan terhadap harta yang berlebihan, atau menjadikannya sebagai tujuan hidup yang utama, bisa menjauhkan seseorang dari jalan Allah dan menyebabkan kesombongan. Namun, jika digunakan dengan bijaksana, harta dapat menjadi sarana yang mempertinggi derajat seseorang di dunia ini.

Kemuliaan Akhirat dan Amal Saleh

Sebaliknya, kemuliaan akhirat hanya dapat diraih melalui amal saleh. Amal saleh mencakup segala bentuk perbuatan baik yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah, baik dalam hubungan dengan sesama manusia maupun dalam hubungan dengan Allah. Umar bin Khaththab ra. mengingatkan kita bahwa amal saleh adalah satu-satunya jalan menuju kebahagiaan di akhirat.

Amal saleh mencakup banyak hal, mulai dari ibadah yang dilakukan dengan sempurna seperti salat, puasa, dan zakat, hingga perbuatan-perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari, seperti membantu orang yang membutuhkan, bersedekah, menuntut ilmu, serta berperilaku jujur dan adil. Semua perbuatan ini memiliki nilai yang besar di sisi Allah dan merupakan sumber kemuliaan yang tidak terhingga.

Kisah Umar dan Abu Bakar: Kebaikan yang Tak Terhitung

Dalam konteks kebaikan dan amal saleh, terdapat sebuah kisah menarik yang melibatkan Rasulullah saw., Malaikat Jibril as., serta dua sahabat utama, Umar bin Khaththab ra. dan Abu Bakar ra. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah saw. pernah bertanya kepada Malaikat Jibril as. tentang kebaikan-kebaikan yang dimiliki oleh Umar bin Khaththab ra.
صِفَ لِيْى حَسَنَاتِ عُمَرَ فَقَالَ لَوْكاَنَتْ البِحَارُمِدَادًاوَالشَجَرَةُ أَقْلَامًا لَمَّا حَصَرْتُهَا فَقَالَ صِفْ لِي حَسَناَتِ أَبِيْ بَكْرِ فَقَالَ عُمَرَ حَسَنَةٌ مِنْ حَسَنَاتِ أَبِي بَكْرِ

Jibril as. menjawab,

"Jika lautan menjadi tinta dan seluruh pohon menjadi pena, aku tetap tidak sanggup mencatat kebaikan Umar."

Ini menunjukkan betapa besar dan banyaknya kebaikan yang ada pada diri Umar bin Khaththab ra. hingga tidak dapat dihitung dengan segala sumber daya di dunia ini.

Namun, ketika Rasulullah saw. bertanya tentang kebaikan-kebaikan Abu Bakar ra., Jibril as. menjawab,

"Umar adalah salah satu bagian dari kebaikan-kebaikan yang ada pada Abu Bakar."

Jawaban ini mengungkapkan betapa mulianya Abu Bakar ra. di sisi Allah, bahkan Umar pun mengakui bahwa segala kebaikan yang ada pada dirinya adalah bagian dari kebaikan Abu Bakar ra.

Pembelajaran dari Kisah ini

Dari kisah ini, kita bisa belajar bahwa meskipun Umar bin Khaththab ra. dikenal dengan segala kebesaran dan kebaikan yang dimilikinya, beliau tidak pernah merasa lebih baik dari sahabatnya yang mulia, Abu Bakar ra. Hal ini menunjukkan sikap tawadhu' (rendah hati) yang luar biasa, yang menjadi teladan bagi kita semua. Kebaikan seseorang tidak bisa diukur hanya dari perbuatan luar saja, melainkan juga dari kualitas niat dan kesungguhan dalam mengerjakan amal saleh.

Amal saleh yang dilakukan oleh kedua sahabat ini menjadi teladan utama bagi umat Islam. Mereka bukan hanya mengejar kemuliaan dunia dengan harta dan kekuasaan, tetapi mereka berusaha keras untuk meraih kemuliaan akhirat melalui ibadah, pengorbanan, dan amal yang ikhlas. Mereka adalah contoh nyata bagaimana seorang Muslim seharusnya menjadikan amal saleh sebagai tujuan utama hidupnya.

Kesimpulan

Pernyataan Umar bin Khaththab ra. tentang dua kemuliaan, yakni kemuliaan dunia dengan harta dan kemuliaan akhirat dengan amal saleh, mengajarkan kita tentang keseimbangan yang perlu dijaga dalam hidup. Harta memang dapat membawa kemuliaan di dunia, tetapi hanya amal saleh yang dapat menjamin kemuliaan di akhirat. Oleh karena itu, kita harus bijak dalam menggunakan harta dan selalu mengingat bahwa amal saleh adalah kunci utama untuk kebahagiaan yang abadi. Kita juga diajarkan untuk tidak meremehkan kebaikan orang lain dan untuk selalu meneladani sifat tawadhu' serta ikhlas dalam beramal.


Artikel Lainnya