Ketika Bulan Menyapa Kota Suci

Di malam Makkah yang syahdu, bulan purnama menggantung megah di langit, seakan menunduk hormat kepada rumah Allah. Cahaya lembutnya membelai menara jam Abraj, menghadirkan harmoni antara langit dan bumi.

Menara jam itu berdiri gagah, menjadi saksi bisu bagi setiap langkah jamaah yang bergegas menuju Masjidil Haram. Waktu terasa begitu berharga di kota ini, sebab setiap detiknya dipenuhi ibadah, doa, dan rindu pada Allah SWT. Bulan purnama yang bulat sempurna seolah menyampaikan pesan: betapa indahnya keberserahan seorang hamba kepada Rabb-nya. Dalam sinarnya, jiwa-jiwa yang lelah menemukan ketenangan, dan hati yang rindu menemukan penghiburan. Di jalan-jalan yang dipenuhi cahaya, arus manusia dan kendaraan berpadu dalam satu tujuan: menuju Ka’bah, menuju rumah Allah, menuju pangkuan kerinduan yang tak pernah padam. Foto ini bukan sekadar gambar kota di malam hari, tetapi potret cinta yang membumbung tinggi. Cinta jamaah kepada Tuhannya, cinta langit kepada bumi, cinta bulan kepada kota yang suci. Makkah tidak pernah tidur. Setiap detiknya adalah ibadah, setiap nafasnya adalah doa, setiap langkahnya adalah pengharapan. Inilah kota yang selalu bercahaya, meski malam telah menutup langitnya. Semoga cahaya bulan dan lampu kota ini menjadi simbol harapan. Bahwa siapa pun yang datang dengan hati tulus, akan pulang dengan jiwa yang terang. Karena Makkah adalah cermin keabadian cinta seorang hamba kepada Sang Maha Pencipta.