“Melangkah dalam Cahaya Nabawi, Menuju Kedamaian yang Hakiki”

  • Assalaam
  • H. Muttaqien
  • 49
...

Ada langkah yang bukan sekadar gerakan kaki, tapi perjalanan jiwa. Di pelataran Nabawi, ketika cahaya senja jatuh lembut di lantai suci, seorang hamba berjalan bukan menuju tempat, melainkan menuju ke dalam dirinya sendiri. Di bawah payung-payung besar yang menaungi para perindu, ia tak sedang berpindah posisi, tapi sedang mencari makna yang telah lama hilang: kedamaian yang hakiki.

Cahaya Nabawi bukan hanya sinar matahari yang menyinari Madinah. Ia adalah cahaya cinta, ilmu, dan rahmat yang terpancar dari teladan Rasulullah ﷺ. Siapa pun yang melangkah di tanah ini dengan hati yang ikhlas, akan merasakan bagaimana hatinya dilunakkan, egonya diruntuhkan, dan jiwanya dibuka untuk menerima cahaya-Nya.

Dalam sunyi pelataran itu, setiap suara menjadi dzikir. Setiap hembusan angin membawa salam para pecinta. Dan setiap langkah—meski sederhana dan perlahan—adalah tarian ruhani menuju kekasih sejati. Orang-orang mungkin melihat seorang lelaki berjalan, tapi di alam yang lebih dalam, itu adalah jiwa yang sedang pulang.

Sufi berkata: “Carilah Allah dalam keheningan.” Dan Nabawi adalah keheningan yang bertasbih. Ia mengajarkan bahwa kedamaian tak datang dari luar, tapi dari dalam diri yang berserah. Ia tak ditemukan dalam dunia yang ramai, tapi dalam hati yang tenang dan tunduk di hadapan Sang Pencipta.

Melangkah dalam cahaya Nabawi adalah melepaskan ambisi duniawi, menanggalkan kesombongan, dan memeluk kefanaan. Hati yang dulu penuh keluh kini penuh syukur. Dada yang dulu sesak kini lapang. Karena kedamaian sejati bukan tentang bebas dari masalah, tapi tentang dekat dengan Yang Maha Menggenggam segalanya.

Tak semua orang diberi nikmat menjejak tanah ini, karena Allah hanya mengundang mereka yang rindu dan siap disucikan. Maka berbahagialah bagi siapa pun yang bisa melangkah di bawah cahaya Nabawi. Sebab itu bukan sekadar perjalanan ibadah, melainkan perjalanan kembali pada fitrah: menjadi hamba yang hanya berharap pada Tuhannya.

Di Nabawi, kita belajar mencintai tanpa syarat. Mencintai Nabi, mencintai saudara seiman, mencintai dunia dengan bijak, dan mencintai akhirat dengan harap. Langkah-langkah itu akan membawa kita bukan hanya lebih dekat ke Raudhah, tapi lebih dalam kepada hakikat diri: bahwa kita diciptakan untuk mencinta dan dicinta oleh-Nya.

Semoga setiap langkah yang diayunkan di pelataran Nabawi menjadi saksi. Saksi bahwa pernah ada jiwa yang mencari, menangis, dan berserah. Dan semoga langkah itu menjadi awal dari perjalanan panjang menuju kedamaian yang sejati—kedamaian yang tidak hanya dirasakan, tetapi dipeluk dalam keabadian bersama cahaya-Nya.


Lainnya

Cookie Consent


Kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda di situs ini. Dengan melanjutkan penggunaan situs ini, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.

Terima & Lanjutkan

Perlu informasi lebih lanjut? Kebijakan Privasi – atau – Kebijakan Cookie dan GDPR