Di Antara Peluk Rindu dan Kitab Suci, Kami Pulang dengan Cahaya

  • Assalaam
  • H. Muttaqien
  • 46
...

Suasana di ruang kedatangan bandara hari itu penuh haru. Di sana, peluk rindu bertemu dengan penuh perjuangan. Jamaah haji 2025 satu per satu keluar dengan langkah lelah namun hati yang lapang. Mata mereka berbinar, tangan mereka menggenggam erat Al-Qur’an, dan senyum mereka menyimpan cahaya yang tak bisa dijelaskan dengan kata.

Di balik pelukan keluarga yang menanti, ada kisah yang hanya mereka dan Allah yang tahu. Kisah saat air mata jatuh di Multazam, saat doa menetes di padang Arafah, atau saat hati gemetar di depan Makam Rasulullah. Semua itu kini dibawa pulang, menyatu dalam diri, dalam bentuk yang paling hakiki: ketenangan dan kepasrahan.

Kitab suci yang mereka peluk adalah lebih dari sekadar mushaf. Ia adalah simbol perjalanan spiritual yang telah dilalui. Mereka tak hanya membacanya, tapi kini lebih dalam mencintainya. Setiap ayat kini memiliki makna, karena telah dibaca di tempat yang agung, dalam kondisi paling jujur dan berserah. Ia kini menjadi pelita yang akan menerangi hidup seterusnya.

Tak sedikit di antara mereka yang dulunya ragu, takut tak kuat, bahkan tak percaya bahwa mereka akan benar-benar berangkat. Namun lihatlah hari ini. Mereka bukan hanya telah menunaikan rukun Islam kelima, tetapi juga membawa pulang sesuatu yang tak bisa dibeli: keteguhan hati, kedewasaan iman, dan cinta yang tumbuh kepada Al-Qur’an.

Cahaya itu tampak jelas. Bukan dari pakaian, bukan dari atribut, tapi dari wajah yang bersinar damai. Haji telah melunakkan hati yang keras, memperindah akhlak, dan mengajarkan bahwa hidup bukan sekadar rutinitas dunia. Ada akhirat yang harus diperjuangkan. Dan Al-Qur’an kini menjadi teman setia dalam perjuangan itu.

Setiap perjalanan haji meninggalkan jejak berbeda pada tiap orang. Tapi satu yang pasti: tidak ada yang kembali dalam keadaan yang sama. Mereka pulang dengan lebih bijaksana, lebih tawadhu, dan lebih siap untuk menghadapi hidup dengan tuntunan ilahi. Mereka pulang dengan cahaya, yang insyaAllah akan menerangi rumah, keluarga, bahkan lingkungan sekitarnya.

Di antara peluk rindu dan kitab suci, ada pelajaran besar tentang cinta yang sebenarnya. Cinta kepada Allah, kepada Rasul-Nya, dan kepada firman-Nya yang suci. Maka, meski tubuh kembali ke tanah air, sebagian jiwa mereka masih tertinggal di Makkah dan Madinah—tempat di mana air mata, doa, dan cinta mereka pernah ditumpahkan sepenuh hati.

Haji 2025 telah menjadi kenangan indah yang akan terus hidup dalam ingatan. Namun sejatinya, ini bukan akhir. Ini adalah awal dari babak baru. Babak untuk menjaga kemabruran, untuk terus mencintai Al-Qur’an, dan menyebarkan cahaya yang telah dibawa pulang kepada dunia yang sering kali kehilangan arah. Dan semoga kita semua, kelak bisa menyusul… membawa pulang cahaya yang sama.


Lainnya

Cookie Consent


Kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda di situs ini. Dengan melanjutkan penggunaan situs ini, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.

Terima & Lanjutkan

Perlu informasi lebih lanjut? Kebijakan Privasi – atau – Kebijakan Cookie dan GDPR