Di tengah lautan manusia yang khusyuk beribadah di Masjid Nabawi, sosok seorang lelaki sepuh terlihat berdiri dengan penuh ketenangan. Mengenakan baju koko hitam dan peci beludru, ia mengangkat tangan dalam posisi berdoa. Wajahnya tenang, namun menyimpan dalamnya getar harap dan rasa syukur. Ia berada di Raudhah — taman surga di bumi yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW.
Momen ini bukan hanya gambaran dari seseorang yang sedang berdoa, tetapi cerminan dari perjalanan panjang ruhani seorang hamba. Di usianya yang tak lagi muda, langkahnya membawanya ke tempat yang begitu dicita-citakan oleh jutaan muslim di dunia. Di hadapannya, mimbar Nabi, di sampingnya, tiang-tiang sejarah yang telah menjadi saksi perjuangan Islam sejak masa awal.
Raudhah, dengan segala keutamaannya, menjadi tempat di mana doa lebih mudah dikabulkan, hati lebih mudah melembut, dan tangis lebih mudah jatuh. Dalam ruang ini, tak ada yang lebih utama kecuali kerendahan hati dan kejujuran iman. Dan dari wajah pria ini, tampak jelas bahwa ia tidak sedang sekadar berdoa — ia sedang menyerahkan sepenuhnya jiwanya kepada Allah SWT.
Mungkin ia sedang memanjatkan doa untuk keluarga yang ditinggalkan di tanah air, atau untuk almarhum orang tua yang ia rindukan. Mungkin pula ia sedang meminta kekuatan untuk mengisi sisa usianya dengan amal terbaik. Dalam diamnya, tersimpan percakapan sunyi antara hamba dan Rabb-nya. Suasana sekitar pun seolah ikut bersaksi, mendukung kekhusyukan yang tak terusik.
Ziarah ke Madinah dan berdoa di Raudhah bukan sekadar agenda dalam rangkaian ibadah haji atau umrah. Ini adalah pengalaman batin yang membekas seumur hidup. Setiap langkah di Masjid Nabawi, setiap sujud di karpetnya yang lembut, dan setiap bisikan doa yang lirih, menjadi catatan abadi antara manusia dan langit.
Foto ini merekam lebih dari sekadar visual; ia menangkap ruh dari sebuah perjalanan iman. Di dalamnya ada harap, ada keikhlasan, dan ada pesan bahwa berdoa bukan hanya tentang meminta, tetapi juga tentang berserah dan bersyukur. Dalam wajah lelaki ini, tampak ketundukan yang tidak dibuat-buat. Ia hadir sepenuh jiwa di rumah kekasih Allah.
Semoga momen seperti ini senantiasa menjadi pengingat bahwa setiap kita, tak peduli usia atau latar belakang, pada akhirnya akan dan harus kembali kepada-Nya. Maka bersiaplah, bersujudlah, dan berdoalah dengan hati yang bersih — seperti lelaki ini, yang tampak tenang menunggu jawaban dari langit, dalam sunyi yang penuh makna.
Istilah-istilah dalam Ibadah Haji Assalaam
Do'a Niat Mandi Sunnah dan Shalat Sunnah Ihram dalam Ibadah Haji Assalaam
Ziarah Sekitar Masjidil Haram Assalaam
Catatan Perjalan Ibadah Haji 2025 : ARMUZNA Rangkaian Suci Puncak Ibadah Haji Assalaam
Posisi Terhormat Ibu Dalam Konsep Islam Assalaam
Haji 2025 Tak Lagi Seragam: Ketika Satu Kloter Terbelah Karena Syarikah Assalaam
Marhaban Ya Ramadhan : Oleh KH. Lukman Hakim Assalaam
“Menepi Sejenak di Tanah Cinta: Saat Hati Bertemu Cahaya Nabawi” Assalaam
Tandatangani MoU, Indonesia akan Berangkatkan 221 Ribu Jemaah pada Operasional Haji 2025 : 12 Jan 2025 ; oleh Mustarini Bella Vitiara Assalaam
Belajar dari Unta: Makna dan Hikmah dari Keberadaannya Assalaam
Tempat Turunnya Wahyu Pertama kepada Rasulullah SAW Assalaam
Qolbun Salim: Hati yang Bersih dalam Pandangan Islam Assalaam
Ridho Allah dan Cinta-Nya: Tanda-Tanda yang Diberikan kepada Hamba-Nya Assalaam
Tiga Sikap yang Harus Dijahui Assalaam
Kiranya Niat Naik Haji Mereka Telah Betul: Tadarus tentang Naik Haji Oleh: Ahmad Rofi’ Usmani Assalaam
Kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda di situs ini. Dengan melanjutkan penggunaan situs ini, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.
Terima & LanjutkanPerlu informasi lebih lanjut? Kebijakan Privasi – atau – Kebijakan Cookie dan GDPR